KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang meluncurkan stablecoin pertama di dunia yang dipatok ke yen pada Senin (27/10). Langkah kecil ini dinilai signifikan di negara di mana banyak konsumen masih lebih memilih menggunakan pembayaran tradisional seperti uang tunai dan kartu kredit. Startup Jepang, JPYC, mulai menerbitkan stablecoin bernama JPYC, yang sepenuhnya dapat dikonversi ke yen dan didukung oleh tabungan domestik serta obligasi pemerintah Jepang (JGBs). Perusahaan menargetkan penerbitan JPYC senilai ¥ 10 triliun setara dengan Rp 1.080 triliun dalam tiga tahun ke depan. Penerbitan JPYC ini diharapkan bisa digunakan secara luas, termasuk di luar negeri. Untuk mendorong penggunaan, JPYC awalnya tidak membebankan biaya transaksi, melainkan menghasilkan pendapatan dari bunga JGB yang dimilikinya. CEO JPYC, Noritaka Okabe dikutip Reuters berharap dapat mendorong inovasi dengan memberikan startup akses ke biaya transaksi dan penyelesaian yang rendah. "Peningkatan interoperabilitas global juga akan menguntungkan kami, sehingga kami terbuka untuk kerja sama modal," ujar dia.
Jepang Luncurkan Stablecoin Pertama yang Dipatok Mata Uang Yen
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang meluncurkan stablecoin pertama di dunia yang dipatok ke yen pada Senin (27/10). Langkah kecil ini dinilai signifikan di negara di mana banyak konsumen masih lebih memilih menggunakan pembayaran tradisional seperti uang tunai dan kartu kredit. Startup Jepang, JPYC, mulai menerbitkan stablecoin bernama JPYC, yang sepenuhnya dapat dikonversi ke yen dan didukung oleh tabungan domestik serta obligasi pemerintah Jepang (JGBs). Perusahaan menargetkan penerbitan JPYC senilai ¥ 10 triliun setara dengan Rp 1.080 triliun dalam tiga tahun ke depan. Penerbitan JPYC ini diharapkan bisa digunakan secara luas, termasuk di luar negeri. Untuk mendorong penggunaan, JPYC awalnya tidak membebankan biaya transaksi, melainkan menghasilkan pendapatan dari bunga JGB yang dimilikinya. CEO JPYC, Noritaka Okabe dikutip Reuters berharap dapat mendorong inovasi dengan memberikan startup akses ke biaya transaksi dan penyelesaian yang rendah. "Peningkatan interoperabilitas global juga akan menguntungkan kami, sehingga kami terbuka untuk kerja sama modal," ujar dia.