TOKYO. Ekonomi Jepang kemungkinan bakal berdenyut lagi. Pemerintah Negara Sakura ini tengah mempertimbangkan untuk meluncurkan paket stimulus untuk mengatasi perlambatan pertumbuhan ekonominya akibat penguatan yen.Asal tahu saja, pertumbuhan ekonomi Jepang pada periode April-Juni secara tahunan hanya sebesar 0,4%. Angka ini merosot 4,4% dari kuartal sebelumnya. Tak heran bila Jepang kini disalip oleh Cina sebagai negara ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat.Namun, langkah mengucurkan paket stimulus ini tak mudah. Sebab, Perdana Menteri Naoto Kan sebelum telah berjanji untuk mengurangi utang Jepang yang sangat besar. Sebelumnya, Kan sudah meminta kabinetnya untuk membatasi belanja pemerintah dan melakukan reformasi pajak untuk menggenjot sebagai solusi alternatif."Tentu kami harus mempertimbangkan anggaran belanja fiskal yang baru. Hal ini mungkin bisa meningkatkan permintaan atau menstimulasi ekonomi tanpa tergantung pada belanja fiskal," kata Kan.Sementara itu, Menteri Keuangan Yoshihiko Noda sangat berhati-hati untuk meluncurkan paket stimulus lewat dana pinjaman. Maklum, pinjaman Jepang hampir dua kali lipat dari Pendapat Domestik Bruto (GDP).Karena itu, dia tengah mempertimbangkan apakah perlu menerbitkan surat utang baru. "Penerbitan surat utang ini akan kami putuskan sembari melihat perkembangan ekonomi," katanya.
Jepang mungkin kucurkan paket stimulus ekonomi
TOKYO. Ekonomi Jepang kemungkinan bakal berdenyut lagi. Pemerintah Negara Sakura ini tengah mempertimbangkan untuk meluncurkan paket stimulus untuk mengatasi perlambatan pertumbuhan ekonominya akibat penguatan yen.Asal tahu saja, pertumbuhan ekonomi Jepang pada periode April-Juni secara tahunan hanya sebesar 0,4%. Angka ini merosot 4,4% dari kuartal sebelumnya. Tak heran bila Jepang kini disalip oleh Cina sebagai negara ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat.Namun, langkah mengucurkan paket stimulus ini tak mudah. Sebab, Perdana Menteri Naoto Kan sebelum telah berjanji untuk mengurangi utang Jepang yang sangat besar. Sebelumnya, Kan sudah meminta kabinetnya untuk membatasi belanja pemerintah dan melakukan reformasi pajak untuk menggenjot sebagai solusi alternatif."Tentu kami harus mempertimbangkan anggaran belanja fiskal yang baru. Hal ini mungkin bisa meningkatkan permintaan atau menstimulasi ekonomi tanpa tergantung pada belanja fiskal," kata Kan.Sementara itu, Menteri Keuangan Yoshihiko Noda sangat berhati-hati untuk meluncurkan paket stimulus lewat dana pinjaman. Maklum, pinjaman Jepang hampir dua kali lipat dari Pendapat Domestik Bruto (GDP).Karena itu, dia tengah mempertimbangkan apakah perlu menerbitkan surat utang baru. "Penerbitan surat utang ini akan kami putuskan sembari melihat perkembangan ekonomi," katanya.