KONTAN.CO.ID - TOKYO. Buku putih pertahanan baru Jepang resmi mencantumkan nama China, Rusia, dan Korea Utara sebagai masalah keamanan utama. Pemerintah Jepang kini mengakui bahwa ancaman keamanan nasional telah meningkat. Dalam laporannya hari Jumat (22/7), pemerintah Jepang juga menetapkan tahapan baru untuk meninjau kembali kemungkinan akuisisi rudal serang jarak jauh, serta memperkuat kemampuan pertahanan dunia maya dan kontrol yang lebih ketat atas akses teknologi. "Persaingan politik, ekonomi, dan militer antar negara adalah jelas, dan tantangan yang ditimbulkan terhadap tatanan internasional adalah masalah global," ungkap buku putih pertahanan Jepang, seperti dikutip
Reuters.
Baca Juga: Jepang Kembali Lacak Kehadiran Dua Kapal China di Perairan Sekitar Senkaku Laporan ini sekaligus menunjukkan kekhawatiran nyata Jepang atas meningkatnya ancaman keamanan kawasan. Perilisan laporan ini pun dilakukan saat pemerintah sedang mempersiapkan permintaan anggaran pertahanan untuk tahun fiskal berikutnya. Buku putih pertahanan Jepang tahun ini juga secara khusus menggambarkan serangan Rusia ke Ukraina sebagai pelanggaran yang serius terhadap hukum internasional. Menurut Jepang, aksi Rusia ini bisa menginspirasi negara lain untuk melakukan hal yang sama. Buku putih yang disetujui oleh pemerintah Perdana Menteri Fumio Kishida ini pun mengidentifikasi China, Rusia dan Korea Utara sebagai masalah keamanan utamanya. Ketiganya memang kerap membuat Jepang gerah, mulai dari pelanggaran batas wilayah hingga aktivitas militer lainnya.
Baca Juga: Terima Dukungan Penuh dari Iran dalam Perang di Ukraina, Ini yang Akan Didapat Rusia Bulan lalu, Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi menggambarkan bahwa Jepang saat ini berada di garis depan dan dikelilingi oleh aktor bersenjata nuklir. Saat ini pemerintah Jepang berharap bisa mendapatkan dukungan publik yang besar terkait peningkatan anggaran pertahanan. Sebagian besar orang Jepang tampaknya memiliki keprihatinan yang sama dengan pemerintah terkait masalah tersebut. Mengutip
Reuters, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan tingginya dukungan untuk peningkatan anggaran pertahanan, jumlahnya lebih dari 50%.
Baca Juga: Perang di Ukraina Menyulut Kekhawatiran Jepang Soal Senjata Nuklir Partai Demokrat Liberal yang berkuasa pun telah berjanji untuk menggandakan pengeluaran militer menjadi 2% dari PDB. Harapan partai penguasa ini sepertinya akan terwujud, mengingat mereka memperoleh banyak kursi dalam pemilihan nasional untuk anggota parlemen majelis tinggi bulan ini. Angka 2% dari PDB akan membuat Jepang menjadi negara dengan anggaran pertahanan tertinggi ketiga dunia setelah AS dan China. Persentase tersebut tentunya dihitung berdasarkan kemampuan ekonomi masing-masing negara. Dalam buku putih pertahanannya, Jepang juga membandingkan anggaran pertahanan negara lain. AS mengambil 3,12% dari PDB, Korea Selatan 2,57% dari PDB, China 1,2% dari PDB, dan Rusia 2,73% dari PDB. Meskipun akan naik, pengeluaran militer Jepang masih akan lebih rendah dibanding semua negara dalam G7.