Jepang Tegaskan Keputusan Intervensi Pasar Akan Berdasarkan pada Volatilitas Valas



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bayang-bayang pelemahan yen terhadap dolar telah membuat investor bersiap ambil tindakan. Meski demikian, pemerintah Jepang memberi sinyal belum akan melakukan intervensi apapun.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Selasa bahwa setiap keputusan mengenai intervensi pasar mata uang akan didasarkan pada volatilitas, bukan tingkat yen tertentu.

Memang, saat ini ada pergerakan spekulatif yang membuat peluang yen mendekati level terendah dalam satu tahun terhadap dolar. Di mana, angka tersebut tidak akan jauh dari angka 150 per dolar AS.


“Pihak berwenang mengawasi pasar mata uang dengan cermat dan siap untuk merespons,” kata Suzuki dikutip dari Reuters, Selasa (3/10).

Baca Juga: Bank Dunia Pertahankan Prediksi Pertumbuhan PDB China di 2023

Suzuki bilang pihaknya belum tentu akan melakukan intervensi pasar mata uang saat ini. Sebab, ia bilang tingkat mata uang tidak menjadi faktor penilaian apakah pemerintah akan melakukan intervensi atau tidak.

Pasar valuta asing menunjukkan sedikit reaksi terhadap komentar Suzuki, meskipun para pedagang telah mewaspadai tindakan pemerintah Jepang dengan nilai tukar yen yang mendekati level yang mendorong intervensi pada tahun lalu.

“Penting bagi mata uang untuk bergerak stabil, mencerminkan fundamental perekonomian. Kami akan sepenuhnya siap untuk merespons dengan rasa urgensi yang tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, melemahnya yen telah meningkatkan harga dengan menaikkan biaya impor, seraya menambahkan bahwa faktor-faktor lain juga mempengaruhi inflasi yang didorong oleh biaya, termasuk perang di Ukraina dan pengurangan produksi oleh negara-negara penghasil minyak.

Baca Juga: Taiwan Selidiki Dugaan Bocornya Program Kapal Selam ke China

Mengenai obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang baru diterbitkan dan memberikan imbal hasil sebesar 0,8%, yang merupakan tingkat tertinggi dalam satu dekade, Suzuki mengatakan suku bunga jangka panjang ditentukan oleh pasar dan mencerminkan berbagai faktor.

Suzuki mengatakan, secara umum, kenaikan suku bunga jangka panjang akan meningkatkan biaya pinjaman, dan oleh karena itu pihak berwenang mencermati dampak pergerakan suku bunga jangka panjang dan bagaimana dampaknya terhadap rumah tangga dan dunia usaha.

Editor: Tendi Mahadi