Jerman Akhirnya Merilis Kebijakan Baru Demi Bisa Bersaing dengan China



KONTAN.CO.ID - BERLIN. Jerman pada hari Kamis (13/7) akhirnya menerbitkan kebijakan baru yang dirancang agar negara itu mampu bersaing dengan China di bidang ekonomi dan perdagangan.

"Tujuan kita bukan untuk berpisah (dari China), namun kita ingin mengurangi ketergantungan penting di masa mendatang. Jerman telah bereaksi terhadap China yang telah berubah dan menjadi lebih tegas," kata Kanselir Jerman, Olaf Scholz, lewat Twitter.

Mengutip Reuters, dokumen kebijakan setebal 64 halaman tersebut adalah produk dari perdebatan berbulan-bulan di dalam pemerintah Jerman atas strateginya terhadap China.


Baca Juga: Deklarasi NATO: Masa Depan Ukraina Ada di NATO

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan bahwa kebijakan itu bertujuan untuk membuat Jerman bersikap lebih realistis dan tidak naif.

Pada dasarnya, kebijakan ekonomi baru Jerman ini akan memantapkan keseimbangan antara dua kubu pemerintah yang berbeda. Baerbock yang datang dari Partai Hijau mendorong adanya kebijakan yang lebih agresif dan ketat dengan tetap mempertimbangkan HAM.

Sementara itu, kubu Scholz yang berasal dari Partai Demokrat Sosial mendukung sikap yang lebih ramah perdagangan.

Baca Juga: Jerman Tolak Mengeluarkan Lisensi Mata Uang Digital ke Binance

Ketergantungan Jerman pada China

Dokumen kebijakan mencatat bahwa saat ketergantungan China pada Eropa terus menurun, ketergantungan Jerman pada China justru menjadi lebih tinggi dalam beberapa tahun terakhir.

"Berlin sedang mengamati bagaimana China berusaha untuk mempengaruhi tatanan internasional agar sejalan dengan sistem satu partainya dan dengan itu mereka merelatifkan dasar-dasar tatanan internasional berbasis aturan, seperti status hak asasi manusia," tulis kebijakan itu.

Meskipun demikian, Jerman juga menyoroti potensi kerja sama yang lebih besar. Salah satu bagian menjelaskan bahwa tidak mungkin mengatasi krisis iklim tanpa bantuan China.

Bulan lalu, Berlin menuduh Beijing bertindak melawan kepentingan Jerman. China disebut menempatkan keamanan internasional di bawah tekanan yang meningkat dan mengabaikan HAM.

Baca Juga: Mercedes-Benz Rampungkan Perakitan Perdana The New GLC di Pabrik Wanaherang

Laporan lain yang datang dari badan intelijen Jerman bahkan menyebut China sebagai ancaman terbesar dalam kaitannya dengan spionase ekonomi dan ilmiah, termasuk program investasi asing langsung di Jerman.

Catatan lain menyoroti ketakutan tentang industri Jerman yang semakin bergantung pada China. Raksasa seperti Volkswagen dan Siemens dalam beberapa bulan terakhir telah menguraikan strategi pertumbuhan yang sangat bergantung pada pasar China.

Scholz menekankan bahwa Jerman tidak menghendaki pemisahan hubungan, tapi berusaha mengurangi risiko dari hubungan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mencari mitra tambahan.

"Jerman berkomitmen untuk secara aktif memperluas hubungan ekonomi dengan Asia dan sekitarnya. Jerman tidak menginginkan pemisahan, kami ingin mengurangi risiko," pungkasnya.