Jerman membidik pasar Asia Tenggara



SINGAPURA. Krisis utang yang melanda Eropa, membawa Jerman mempererat kerjasama ekonomi dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dalam kunjungannya ke sejumlah negara Asia, termasuk Singapura,  Guido Westerwelle, Menteri Luar Negeri Jerman, mengatakan pihaknya berniat menjalin kerjasama perdagangan bebas yang lebih intensif dengan negara-negara  Asia Tenggara.

Menurut Westerwelle, Pemerintah Jerman telah memutuskan adanya strategi politik demi  melakukan intensifikasi dan memperkuat kerja sama dengan pusat-pusat kekuatan baru di Asia Tenggara. "Kami sangat kredibel di bidang teknik dan itu yang kami tawarkan," katanya, usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Singapura, K. Shanmugam.

Ekonomi Jerman mengalami perlambatan karena adanya krisis utang Eropa. Krisis itu telah meredam penjualan ekspor di  Zona Euro. Sehingga perusahaan-perusahaan Eropa termasuk dari Jerman, menyasar target pasar yang memiliki pertumbuhan cepat di kawasan Asia.


Negeri Bavaria tersebut  menjadi salah satu negara yang ekonominya paling sedikit terimbas krisis utang yang menghantui Zona Euro. Jerman menyumbang 20% total perdagangan Uni Eropa ke Singapura.

Banyak perusahaan asal negara perekonomian terbesar di Eropa mencari makan di Singapura. "Kami percaya krisis Eropa akan segera teratasi," kata Shanmugam

Jerman merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke empat dunia. Krisis utang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jerman melambat, dari 3% pada tahun 2011 menjadi 0,7% pada 2012. "Kita tidak bisa menciptakan pertumbuhan baru dengan mengandalkan utang," kata Westerwelle. Menurutnya, alternatif terbaik meningkatkan ekonomi dan hubungan bilateral adalah dengan perdagangan bebas.

Negara Asia Tenggara menjadi pasar yang sangat empuk bagi Jerman, karena terbukti kebal terhadap krisis keuangan 2008 dan tahan perlambatan ekonomi global.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam laporannya mengatakan, negara Asia Tenggara memiliki basis konsumsi domestik dan investasi yang kuat. Konsumsi domestik dan investasi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.

Organisasi yang berbasis di Paris itu meramalkan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan meningkat rata-rata 6,4% per tahun dari 2013 sampai 2017. Sementara itu  di periode sama, Thailand juga  mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,1% dan Filipina 5,5%.

Editor: