Jerman Salip China Sebagai Negara Kedua Paling Menarik untuk Investasi Energi Terbaru



KONTAN.CO.ID - LONDON. Jerman telah menyalip China sebagai negara kedua paling menarik di dunia untuk investasi energi terbarukan. Keberhasilan tersebut tak terlepas dari upaya Jerman untuk mempercepat reformasi pasar tenaga listrik dan beralih dari bahan bakar fosil.

Melansir Reuters, Rabu (14/6), konsultan EY melaporkan dalam peringkat tahunan top 40 pasar energi terbarukan di seluruh dunia, Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat pertama, kemudian disusul Jerman yang naik satu peringkat ke posisi kedua untuk pertama kalinya dalam satu dekade menggeser China.

Adapun Jerman merupakan pembeli terbesar gas Rusia di Eropa dan juga bergantung pada energi nuklir dan batubara.


Baca Juga: Dukung Pembangunan IKN, Kementerian PUPR Jajaki Penggunaan Teknologi dari Jerman

Namun, upaya Jerman untuk beralih ke energi terbarukan tampak nyata ketika mereka menutup tiga pembangkit listrik tenaga nuklir terakhirnya pada April 2023.

"Meski langkah itu adalah tonggak utama dalam kemajuan Jerman menuju target transisi energi terbarukan, kemungkinan akan ada peningkatan penggunaan batu bara dalam jangka pendek. Hal itu bertujuan untuk mengurangi efek intermiten pada pasokan listrik," kata laporan tersebut.

Jerman pun menargetkan capaian energi terbarukan sebesar 80% dari bauran energinya pada 2030. Saat ini, energi terbarukan menyumbang 46%, naik dari 41% pada awal 2022.

Adapun Amerika Serikat menduduki posisi teratas didorong oleh pengesahan Undang-Undang Pengurangan Inflasi pada tahun lalu, yang mana mengalokasikan dana sebesar US$ 369 miliar untuk investasi di bidang ketahanan energi dan perubahan iklim.

Namun, disebutkan ada beberapa proyek energi terbarukan yang masih menunggu untuk diintegrasikan ke jaringan listrik regional di AS sehingga akan sedikit menghambat transisi.

Baca Juga: Latihan Militer Skala Besar NATO Dimulai, Libatkan 10.000 Personel dan 250 Pesawat

Selain itu, meski sektor angin lepas pantai telah berkembang, target pemerintah AS untuk memiliki 30 gigawatt (GW) angin lepas pantai pada 2030 sepertinya akan meleset menjadi sebesar 10 GW.

Sementara itu, India bergerak menggeser Australia di posisi keenam dalam peringkat tersebut. Hal itu disebabkan karena pertumbuhan yang cepat dari industri energi terbarukan India, terutama tenaga surya.

Editor: Yudho Winarto