Jerman Terperosok ke Dalam Resesi Akibat Inflasi yang Menghantam Ekonomi



KONTAN.CO.ID -  BERLIN. Inflasi yang terus menerus telah menjadi penyebab Jerman terperosok ke dalam resesi pada triwulan pertama 2023, menurut data pertumbuhan yang baru dirilis.

Sebagai ekonomi terbesar di Eropa, Jerman juga sangat terpengaruh oleh kelangkaan pasokan gas dari Rusia setelah invasi Ukraina, demikian diungkapkan oleh para analis.

Data dari kantor statistik menunjukkan bahwa ekonomi Jerman mengalami kontraksi sebesar 0,3% antara Januari dan Maret 2023. Angka ini menyusul kontraksi sebesar 0,5% dalam tiga bulan terakhir tahun sebelumnya.


Sebuah negara dianggap mengalami resesi ketika ekonominya mengalami penyusutan selama dua periode tiga bulan berturut-turut, atau kuartal.

Baca Juga: Ekonomi Jerman Diperkirakan Lolos dari Ancaman Resesi di Kuartal I 2023

"Andreas Scheuerle, seorang analis di DekaBank, mengatakan, 'Dalam situasi inflasi yang sangat tinggi, konsumen Jerman sudah tak mampu lagi, sehingga menyeret seluruh perekonomian turun bersamanya.'"

Pada bulan April, tingkat inflasi di Jerman mencapai 7,2%, angka tersebut berada di atas rata-rata wilayah euro tetapi masih di bawah angka di Inggris yang mencapai 8,7%.

Kenaikan harga telah memberatkan pengeluaran rumah tangga, seperti biaya makanan, pakaian, dan furnitur. Pesanan dari sektor industri juga mengalami penurunan, yang mencerminkan dampak harga energi yang lebih tinggi terhadap bisnis.

"Dalam sebuah pernyataan, badan statistik federal Destatis menyatakan, 'Kenaikan harga yang tinggi terus menjadi beban ekonomi Jerman pada awal tahun ini.'"

Pada awalnya, badan statistik memperkirakan pertumbuhan nol untuk kuartal pertama tahun ini, menunjukkan bahwa Jerman akan dapat menghindari resesi.

Baca Juga: Ekonomi Jerman Kontraksi 0,4% pada Kuartal IV-2022

Namun, revisi data menunjukkan penurunan pengeluaran rumah tangga sebesar 1,2% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sementara itu, pengeluaran pemerintah mengalami penurunan sebesar 4,9%, dan penjualan mobil juga menurun setelah pemangkasan subsidi pemerintah untuk mobil listrik dan hibrida.

Resesi yang dialami tidak seburuk yang diperkirakan oleh beberapa orang, mengingat Jerman sangat bergantung pada energi dari Rusia. Musim dingin yang ringan dan pemulihan ekonomi China telah membantu mengurangi dampak harga energi yang lebih tinggi.

Meskipun investasi dan ekspor sektor swasta mengalami peningkatan, hal tersebut tidak cukup untuk membantu Jerman keluar dari "zona bahaya" resesi, demikian diungkapkan oleh para analis.

Editor: Noverius Laoli