Jet tempur China sudah 4.132 kali bolak-balik di udara Taiwan



KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Kementerian Pertahanan Taiwan mengungkapkan, militernya telah meluncurkan pesawat untuk mencegat pesawat China lebih banyak dua kali lipat dari tahun lalu. Pernyataan itu menggambarkan Taiwan menghadapi tantangan keamanan yang parah dari tetangganya yang besar itu.

Mengutip Reuters, China, yang mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai wilayahnya sendiri, telah meningkatkan aktivitas militernya di dekat pulau itu, menanggapi apa yang disebut Beijing sebagai "kolusi" antara Taipei dan Washington.

Dalam beberapa minggu terakhir, jet tempur China telah melintasi garis tengah Selat Taiwan, yang biasanya berfungsi sebagai penyangga resmi antara pulau dan daratan, dan telah terbang ke zona identifikasi pertahanan udara barat daya Taiwan.


Dalam sebuah laporan ke parlemen, yang salinannya ditinjau oleh Reuters, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan sejauh ini angkatan udara telah lalu lalang sebanyak 4.132 kali, naik 129% dibandingkan dengan tahun lalu, menurut perhitungan Reuters.

Baca Juga: Militer Taiwan berada di bawah tekanan China

"China mencoba menggunakan tindakan militer sepihak untuk mengubah status quo keamanan di Selat Taiwan, dan pada saat yang sama menguji tanggapan kami, meningkatkan tekanan pada pertahanan udara kami dan menyusutkan ruang kami untuk aktivitas," katanya seperti yang dikutip Reuters.

"Perkembangan pesat militer China telah disertai dengan tindakan militer "yang ditargetkan" terhadap Taiwan," tambah kementerian itu.

China sangat marah dengan meningkatnya dukungan AS untuk Taiwan, termasuk pejabat senior AS yang mengunjungi pulau itu, sehingga menambah ketegangan China-AS yang lebih luas.

Baca Juga: Taiwan berharap Trump cepat sembuh agar bisa terus melawan China

Meskipun Taiwan tidak dapat bersaing secara numerik dengan angkatan bersenjata China, Presiden Tsai Ing-wen telah mengawasi program modernisasi militer, yang bertujuan untuk membuat angkatan bersenjata pulau itu lebih gesit dan Taiwan lebih sulit untuk diserang.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie