KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan jasa bongkar muat peti kemas, PT Jakarta International Container Terminal (JICT), berkomitmen untuk terus memberantas praktik pungutan liar (pungli) yang belakangan ini santer diberitakan terjadi di area Terminal Kontainer Tanjung Priok, Jakarta. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat berdialog dengan para pengemudi truk kontainer di Terminal Kontainer Tanjung Priok pada Kamis (10/6) lalu. Para pengemudi mengeluh kerap mendapati tindakan kriminal berupa pungli oleh preman dan oknum operator jasa peti kemas setempat. Direktur Utama JICT Ade Hartono menyampaikan, pada dasarnya JICT memiliki komitmen yang kuat untuk menegakkan integritas serta menjalankan operasional yang efektif dan efisien tanpa melanggar aturan-aturan yang ada. Komitmen ini telah ditanamkan kepada seluruh jajaran petinggi hingga karyawan JICT.
Lantas, ia mendukung penuh upaya pihak kepolisian dalam menindak pelaku-pelaku premanisme dan praktik pungli di Terminal Kontainer Tanjung Priok. “Tidak ada ruang bagi oknum yang melanggar komitmen kami,” ujar dia saat konferensi pers, Rabu (16/6).
Baca Juga: Polisi tangkap pelaku pungli di Pelabuhan Priok, ini harapan pengusaha logistik Ade menyebut, para pelaku pungli di area operasional JICT merupakan pegawai
outsourcing yang sayangnya belum bisa disebut jumlahnya. Lantaran berstatus
outsourcing, JICT tidak bisa melakukan tindakan secara langsung, melainkan harus melalui vendor penyedia pegawai
outsourcing yang bersangkutan. “Kami tidak bisa hubungi secara langsung, tapi kami minta kepada vendor supaya para pelanggar ini diberhentikan sesuai perundang-undangan yang berlaku,” ungkapnya. Manajemen JICT juga telah melakukan upaya preventif untuk menghindari praktik pungli di Terminal Kontainer Tanjung Priok di masa mendatang. Sosialisasi juga terus dilakukan oleh JICT, baik kepada karyawan sendiri maupun pihak pengemudi truk. Ade pun meminta kepada para pengemudi truk kontainer supaya jangan memberi tip dalam bentuk apapun kepada karyawan JICT. Sementara itu, Wakil Direktur JICT Budi Cahyono menyatakan, pihaknya terus melakukan investigasi terkait adanya pungli di area kerja JICT yang beredar beberapa hari belakangan. JICT juga menjalankan program
whistle blowing dan menyediakan kanal khusus pengaduan pelayanan, termasuk anti pungli. Lebih lanjut, JICT melakukan berbagai inisiatif untuk menciptakan produktivitas dan percepatan proses bongkar muat di Terminal Kontainer Tanjung Priok. Pertama, penambahan tenaga operator RTGC di JICT. Penambahan dari sebelumnya 38 menjadi 40 operator per shift yang dimulai pada Minggu, 13 Juni 2021 lalu. Kedua,
adjustment deployment manpower RTGC sesuai dengan workload di lapangan. Dalam hal ini, penyesuaian
deployment operator akan dimaksimalkan pada shift 2 dan 3 di malam hari, di mana workload terminal sangat padat saat shift tersebut berlangsung.
Ketiga, prioritas RTGC untuk melayani kegiatan di lapangan dibanding pelayanan kapal jika terjadi kepadatan. Pada saat pelayanan padat di lapangan, misal terjadi antrean panjang, maka terminal akan menghentikan untuk sementara kegiatan bongkar kapal dan alat RTGC difokuskan untuk melayani kegiatan
receiving dan
delivery. Keempat, sosialisasi terkait pelayanan operasional kepada asosiasi serta meluruskan informasi terkait standar kinerja layanan di JICT. Budi menyebut, otoritas pelabuhan Tanjung Priok telah menetapkan batas waktu maksimal untuk
delivery 117 menit dan
receiving 85 menit. Realisasinya, JICT mencatatkan waktu
delivery 109 menit dan
receiving 72 menit. “Ini artinya JICT dapat melakukan lebih baik dari standar yang telah ditetapkan,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .