JICT rugi US$ 500.000 per hari akibat mogok



JAKARTA. Perseteruan antara pihak manajemen PT Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Serikat Pekerja (SP) JICT terus bergulir. Aksi mogok seminggu, sejak Kamis (3/8) hingga Kamis depan (10/8) pun dilakukan oleh para pekerja.

Akibat aksi mogok ini ternyata tak hanya merugikan para pengusaha yang menggunakan jasa layanan pelabuhan, tapi juga dari sisi JICT sendiri.

Wakil Direktur Utama JICT Riza Erivan mengungkapkan, estimasi kerugian yang ditanggung perusahaan yakni sebesar US$ 500.000 atau setara Rp 6,5 miliar (kursi 1US$ = Rp 13.000) per hari selama aksi mogok berlangsung.


"Kalau cost untuk memindahkan terminal, kami tidak keluar sama sekali. Tapi kalau kerugian pasti ada dan signifikan. Karena selama seminggu tidak ada kegiatan bisnis," ungkap Riza saat Konferensi Pers di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Minggu (6/8).

Pada prinsipnya, kapal yang membongkar muat di JICT hanya dialihkan sementara ke terminal-terminal di sebelahnya tidak memerlukan biaya. Pemindahan itu juga tidak akan menimbulkan biaya tambahan buat importir dan eksportir jika bongkar muat dialihkan ke terminal lain. "Sebenarnya itu bagi kami sama saja," terang Riza.

Ia lanjut menjelaskan kerugian itu disebabkan oleh tidak beroperasinya bisnis JICT selama 7 hari. Dalam sehari, JICT bisa mengakomodir 5.000 TEUS atau setara dengan 20 peti kemas sebesar 20 kaki.

"Jadi itu, perkiraannya karena sehari kami bisa menampung 5.000 TEUS, kalau dinominalkan sekitar US$ 500.000," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia