Jika BBM naik, apa kabar perusahaan transportasi?



JAKARTA. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tinggal menunggu pengumuman resmi dari presiden saja. Di atas kertas, kenaikan harga tentu memberatkan operasional beberapa emiten, khususnya emiten yang bergerak di sektor transportasi.

Namun, PT Eka Sari Lorena Transport (ESLT) justru menanggapi positif adanya kenaikan harga BBM. Senior Advisor dari perusahaan yang akan melakukan IPO ini, Dwi Rianta Soerbakti menilai, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM akan mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum.

Hal ini menjadikan kenaikan harga BBM berbanding lurus dengan pendapatan yang diterima ESLT. "Jadi, kami justru diuntungkan dengan kebijakan itu," imbuh Dwi, Selasa (18/6).


Pendapat itu mengacu pada kajian yang mereka lakukan terkait dampak kenaikan BBM. Tidak menutup kemungkinan, ESLT bakal menaikkan tarifnya sebagai respons kenaikan harga BBM. Namun, Dwi memastikan kenaikan tarif tidak tinggi dan dilakukan bertahap.

Namun pendapat Dwi berbeda dengan pendapat dari pengamat pasar modal, Yanuar Rizky. Yanuar menilai, jika BBM naik dan berujung kenaikan tarif, maka pangsa pasar perusahaan jasa transportasi seperti ESLT dan perusahaan lainnya akan berisiko  bekurang.

“Jika tarif yang dijual kemahalan, market share-nya makin menipis. Ujung-ujungnya, ya, rugi," ujar Yanuar kepada KONTAN, Rabu (19/6). Jika pangsa pasarnya terus melemah, Yanuar menilai perusahaan akan berisiko merugi.

Namun begitu, kata Yanuar, perusahaan transportasi tak melulu berurusan dengan tarif angkutan saja, tetapi juga berurusan infrastruktur penunjang, seperti jalan raya.  Tak hanya itu, masalah keamanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu juga jadi faktor utama bagi kinerja perusahaan transportasi.

Faktor inilah yang dipertanyakan oleh Yanuar untuk perusahaan transportasi. Ia menceritakan, saat ini kondisi angkutan umum seperti busway alias Transjakarta semakin tak nyaman, gara-gara antrean yang panjang dan tak ada jaminan ketepatan waktu.

Jika soal kenyamanan dan ketepatan waktu tak diperbaiki, kata Yanuar, perusahaan transportasi akan ditinggalkan, dan konsumennya beralih ke sepeda motor.

Pendapat Yanuar diamini oleh Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities. Menurutnya, kinerja perusahaan transportasi sangat terkait erat dengan infrastruktur. Jika infrastruktur belum diperbaiki, maka sulit bagi penumpang meninggalkan mobil pribadinya dan beralih ke angkutan umum.

Selain masalah infrastruktur, konsumen juga butuh angkutan yang aman, nyaman serta tepat waktu.  Jika tidak, konsumen memilih beralih ke sepeda motor. "Karena orang kemana-mana cari yang cepat, aman, dan nyaman," pungkas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri