Jika BBM naik, BI rate diperkirakan tetap 7,5%



JAKARTA. Sejak November tahun lalu hingga Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada hari ini (11/9), memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga pada level 7,5%. Perekonomian global dan domestik yang masih belum stabil menjadi alasan.

Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat, suku bunga hingga akhir tahun akan tetap pada level 7,5% walaupun ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Dirinya memperhitungkan, kalau ada kenaikan Rp 1.000 hingga Rp 2000 per liter pada akhir tahun ini, BI tidak perlu merespons dengan menaikkan suku bunga. Suku bunga pada level 7,5% sudah cukup mengkompensasi kenaikan Rp 1.000-Rp 2.000. Yang paling penting bagi BI adalah bagaimana membuat defisit transaksi berjalan menuju ke level yang lebih sehat. Juniman perkirakan hingga akhir tahun defisit transaksi berjalan akan sebesar 3,2% dari PDB atau dengan nominal US$ 27,5 miliar-US$ 28 miliar. "Ada penurunan tapi tipis dibanding tahun lalu," terangnya ketika dihubungi KONTAN, Kamis (11/9). Ekonom DBS Gundy Cahyadi melihat, fokus BI tetap pada upaya penurunan defisit transaksi berjalan. Permintaan dalam negeri masih tetap kuat, yang kemudian menjelaskan mengapa inflasi inti masih relatif stabil. Inflasi inti tahun ke tahun pada bulan Agustus sebesar 4,47% atau turun dibanding bulan sebelumnya 4,64%. "Masih belum ada alasan bagi BI untuk menggeser kebijakannya," pungkas Gundy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan