Jika berganti pemilik, BTPN tetap layak dilirik



JAKARTA. Bisnis PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) makin menarik. Bank dengan fokus bisnis kredit mikro dan pensiunan ini mencatatkan kinerja cemerlang sepanjang 2012.

Laba bersih BTPN meningkat 41,43% menjadi Rp 1,98 triliun dari tahun 2011 senilai Rp 1,4 triliun. Ini akibat, pendapatan bunga bersih yang ikut menanjak dari Rp 7,46 triliun di 2011 menjadi Rp 9,29 triliun di akhir tahun lalu.

Analis Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja menilai, kinerja BTPN melesat berkat pertumbuhan kredit mikro dan pensiunan yang naik 28% pada tahun lalu. Menurut dia, segmen bisnis BTPN memiliki tingkat risiko rendah dengan margin tinggi. Pencapaian kinerja BTPN di 2012 tersebut juga lebih tinggi 5% dari ekspektasi pasar.


Analis Trimegah Securities, Robby Hafil dalam risetnya 21 Februari 2013 lalu menyebut, pertumbuhan kredit BTPN lebih tinggi 5% dari rata-rata industri. Namun, Robby memperkirakan, di tahun ini, pertumbuhan kredit BTPN akan sedikit melambat.

Robby memprediksi, kredit mikro BTPN akan tumbuh 25% tahun ini. Tapi, angka ini masih di atas rata-rata industri yang diestimasi tumbuh 22%.

Menurut Robby, perolehan laba bersih BTPN di tahun lalu, lebih tinggi 4,6% dari ekspektasi dia.

Analis Ciptadana Securities, Syaiful Adrian pun sependapat, pencapaian laba bersih BTPN di 2012 lebih tinggi 5% dari proyeksi dia. Tahun ini, kata dia, prospek bisnis BTPN masih menarik. Menurut Syaiful, pertumbuhan kredit mikro BTPN tahun ini bisa tumbuh 25% dari 2012.

Namun, langkah BTPN akan lebih berat. Sebab, sejumlah kompetitor seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga serius menggarap kredit mikro dan pensiunan yang jadi andalan BTPN.

Soal kabar Mitsubishi UFJ Financial Group Inc yang mengincar BTPN, menurut Syaiful, sangat mungkin terjadi. Sebab, Mitsubishi memang berniat ekspansi ke Asia Tenggara.

Ia beranggapan, Texas Pacific Group (TPG), pemilik 71,61% saham BTPN berpotensi melepas saham BTPN. TPG sudah memperoleh keuntungan tinggi sejak membeli saham BTPN lima tahun lalu. "Saat itu harganya Rp 200, saat ini sudah di Rp 4.875 per saham," papar dia.

Jika Mitsubishi jadi mengakuisisi BTPN, maka akan menguntungkan semua pihak tak terkecuali pemegang publik BTPN. Sebab, kalau Mitsubishi masuk, bisnis BTPN akan semakin kuat.

Tjandra berujar, rencana akuisisi oleh Mitsubishi akan menjadi sentimen positif bagi BTPN. Sebab, kemampuan modal perusahaan makin kuat. Tapi, kendala bisa timbul jika pemilik baru mengubah susunan manajemen.

Perhitungan Tjandra, laba bersih BTPN akan naik 20% tahun ini menjadi Rp 2,2 triliun. Sedangkan, proyeksi Syaiful, laba bersih BTPN bisa naik 30%.

Dus, Syaiful dan Tjandra merekomendasikan beli saham BTPN. Syaiful menargetkan harga BTPN di Rp 7.000 dengan price to book value (PBV) 3,2 kali. Sementara, Tjandra memasang target di Rp 6.200 per saham.

Adapun Robby merekomendasi hold saham BTPN dengan target harga Rp 5.450 yang mencerminkan PBV 2,8 kali. Kemarin, harga BTPN turun 4,14% di Rp 4.875.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana