KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah membuka wacana mengenai rencana peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini disebabkan meningkatnya harga energi global yang berpotensi membuat anggaran subsidi membengkak. Memang belum ada kepastian apakah akhirnya pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memastikan, bila jadi naik, maka ini akan menyumbang peningkatan inflasi.
“Dampak peningkatan harga tidak hanya di dampak pertama, atau peningkatan inflasi harga diatur pemerintah. Namun, juga ada di dampak rambatan, ke peningkatan harga barang dan jasa karena transportasi butuh bahan bakar,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Baca Juga: Jika BBM Subsidi Naik, Ekonom Ini Sarankan Harganya Naik Maksimal 30% Dengan kondisi ini, maka inflasi umum bisa saja makin tinggi. Selain itu, juga akan membawa dampak rambatan ke peningkatan inflasi inti, atau inflasi secara fundamental. Kabar buruknya, tak hanya berpotensi mengerek inflasi, peningkatan harga BBM tersebut juga berpotensi menekan laju pertumbuhan ekonomi. Faisal menjabarkan hasil hitungannya.
Pertama, bila harga Pertalite naik sekitar 30%, yaitu dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, maka akan ada tambahan inflasi sebesar 0,83 poin persentase dan ada potensi penurunan pertumbuhan hingga 0,17 poin persentase.
Kedua, bila harga Solar naik sekitar 65%, yaitu dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 8.500 per liter, maka akan menyumbang inflasi sebesar 0,33 poin persentase dan berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,07 poin persentase. Bila kondisi ini benar terjadi, Faisal memperkirakan inflasi pada tahun 2022 pasti akan melampaui batas atas sasaran BI yang sebesar 4% secara tahunan. Bahkan, inflasi pada tahun ini juga melampaui perkiraan Bank Mandiri sebelumnya. “Kami memperkirakan inflasi pada tahun ini akan berada di kisaran 6% yoy, atau lebih tinggi dari perkiraan kami sebelumnya yang sebesar 4,60%secara tahunan. Dengan kondisi ini, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 akan berada di kisaran 5,17% secara tahunan,” tandas Faisal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi