Jika jadi hapus premium, Pengamat: Proyek kilang pertamina harus selesai tepat waktu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana penghapusan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dinilai cukup tepat di tengah urgensi perbaikan kualitas lingkungan. Namun, PT Pertamina (Persero) harus segera menyelesaikan proyek-proyek kilang minyaknya terlebih dahulu sebelum memutuskan menghapus Premium.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyatakan, penting bagi Pertamina untuk memastikan proyek-proyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) selesai tepat waktu. Sebab, kilang seperti ini dapat menghasilkan BBM standar Euro IV dan Euro V yang setara dengan produk BBM beroktan tinggi.

Baca Juga: Pertamina pastikan wacana penghapusan premium merupakan wewenang pemerintah


“Kilang yang ada sekarang rata-rata hanya menghasilkan BBM standar Euro II, padahal Pertamina ingin masyarakat lebih banyak konsumsi BBM oktan tinggi,” ungkap dia, Rabu (8/7).

Jika perkembangan proyek kilang cenderung lambat, sementara permintaan BBM oktan tinggi terus meningkat, dikhawatirkan impor minyak Indonesia akan membengkak di tahun-tahun mendatang.

“Kalau ujung-ujungnya impor, neraca dagang Indonesia bakal defisit terus,” imbuh Fahmy.

Asal tahu saja, Pertamina sedang mengembangkan megaproyek kilang minyak dengan nilai investasi mencapai US$ 48 miliar. Dalam hal ini, Pertamina menggarap empat proyek RDMP dan dua proyek GRR.

Hanya memang, pengerjaan megaproyek tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Kilang minyak Cilacap misalnya, Pertamina terpaksa membatalkan kerjasama dengan mitranya Saudi Aramco lantaran ada perbedaan valuasi nilai proyek.

Di luar itu, Fahmy menganggap, Pertamina bisa menggunakan beragam promo dan trik marketing lainnya untuk mendorong masyarakat agar beralih menggunakan BBM beroktan tinggi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, dan sebagainya.

Baca Juga: BPH Migas: Pertamina perlu mendorong penggunaan BBM dengan oktan lebih tinggi

Peralihan tersebut juga harus dilakukan secara bertahap mengingat adanya perbedaan harga yang signifikan antara BBM jenis research octane number (RON) di bawah 90 dengan BBM jenis RON di atas 90.

Fahmy menyebut, produk Pertalite menjadi contoh yang baik untuk menjembatani masyarakat supaya mengurangi konsumsi BBM jenis Premium. Dari segi harga, Pertalite tidak terlampau jauh selisihnya dengan Premium maupun Pertalite.

“Kalau nantinya Pertalite akan dihapus juga, maka proses edukasi peralihan ke Pertamax harus dilakukan dari sekarang dan tidak bisa terburu-buru,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi