Jika repatriasi membanjir, BNI bakal genjot kredit



JAKARTA. Dana repatriasi dari pengampunan pajak (tax amnesty) bisa jadi berkah dan musibah bagi perbankan. Jika dana yang masuk terlalu besar ke sektor perbankan maka akan menjadi musibah, karena bank akan kebanjiran dana di tengah perlambatan permintaan kredit. Ujungnya, dana itu akan mubazir dan terpaksa parkir di Bank Indonesia (BI).

Meski demikian, Direktur Bisnis Banking I PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta menyampaikan, pihaknya tak khawatir akan terjadi kelebihan (overload) likuiditas dari dana repatriasi tax amnesty. Sebab, ia menyebut, perusahaan tengah gencar menyalurkan kredit ke infrastruktur yang membutuhkan dana besar dan jangka panjang. "Banjir dana atau tidak tergantung asumsi seberapa besar dana yang masuk," tuturnya, Selasa (19/8).

Direktur Treasuri BNI Panji Irawan menambahkan, pihaknya akan mengutamakan dana yang masuk dari repatirasi tax amnesty untuk kebutuhan kredit infrastruktur. Jika kebutuhan dana untuk kredit tercukupi, maka BNI akan memanfaatkan pasar uang untuk kelebihan dana. Misalnya, pasar uang seperti inter bank, bukan ke cadangan sekunder di BI.


Bank berlogo 46 ini belum dapat memprediksi dana yang masuk seberapa besar karena masih menunggu peraturan dari pemerintah terkait tax amnesty ini. Dari sisi bisnis, BNI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 14%-16% di tahun 2016, target ini di atas pertumbuhan industri. Nah, untuk memenuhi kebutuhan kredit yang tinggi maka BNI membutuhkan dana yang besar.

Panji menuturkan, pihaknya juga akan menjaga pertumbuhan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to funding ratio (LFR) pada level 90%-91% di tahun ini. Rasio LFR tersebut sesuai dengan target pertumbuhan kredit dan dana. Adapun, BNI mencatat rasio keseimbangan kredit dengan dana sebesar 88% per Maret 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini