KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang (trade war) antara Amerika Serikat (AS) dan China akan dimulai Jumat (6/7) besok dengan menerapkan kebijakan tarif impor barang-barang dari China hingga senilai US$ 34 miliar akan menjadi sentimen utama pergerakan nilai tukar rupiah. Sebab hal ini akan menjadi ketidakpastian baru, selain normalisasi kebijakan moneter AS (The Fed). "Makanya, kami melihat BI pun masih ada ruang menaikkan lagi suku bunga acuan," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Kontan.co.id, Kamis (5/7). Terhitung hampir dua bulan, BI telah menaikkan bunga sebesar 100 basis points (bps) menjadi 5,25%. Ia menilai, pergerakan nilai tukar rupiah yang saat ini masih di atas Rp 14.000 per dollar AS sulit menguat ke bawah Rp 13.900 per dollar AS karena tekanan trade war tersebut. Jika nilai tukar rupiah bergerak melemah mendekati Rp 14.500 per dollar AS setelah trade war besok, maka BI perlu memprioritaskan stabilitas kurs rupiah.
Jika rupiah melemah setelah perang dagang, BI bisa naikkan bunga lagi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang (trade war) antara Amerika Serikat (AS) dan China akan dimulai Jumat (6/7) besok dengan menerapkan kebijakan tarif impor barang-barang dari China hingga senilai US$ 34 miliar akan menjadi sentimen utama pergerakan nilai tukar rupiah. Sebab hal ini akan menjadi ketidakpastian baru, selain normalisasi kebijakan moneter AS (The Fed). "Makanya, kami melihat BI pun masih ada ruang menaikkan lagi suku bunga acuan," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Kontan.co.id, Kamis (5/7). Terhitung hampir dua bulan, BI telah menaikkan bunga sebesar 100 basis points (bps) menjadi 5,25%. Ia menilai, pergerakan nilai tukar rupiah yang saat ini masih di atas Rp 14.000 per dollar AS sulit menguat ke bawah Rp 13.900 per dollar AS karena tekanan trade war tersebut. Jika nilai tukar rupiah bergerak melemah mendekati Rp 14.500 per dollar AS setelah trade war besok, maka BI perlu memprioritaskan stabilitas kurs rupiah.