KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momen satu tahun kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia pada 30 Juni 2022, menunjukkan kuatnya komitmen dan upaya Indonesia dalam memelihara perdamaian. Kunjungan Presiden Jokowi juga merupakan kunjungan pertama pemimpin Asia pada ke dua negara yang tengah dilanda perang tersebut, ditambah dengan keluarnya komunike akhir KTT G20 di Bali menunjukkan bahwa Indonesia secara konsisten menyerukan penyelesaian secara damai. Indonesia memiliki kepentingan langsung dalam menengahi perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Pasalnya, meskipun perang terjadi jauh ribuan kilometer, efeknya sangat terasa di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Ekonom Sarankan BI Lakukan Pendekatan Historis Sebelum Lakukan Redenominasi Rupiah Perang yang memicu kenaikan suku bunga di banyak negara akibat tingginya suku bunga AS, membuat permintaan ekspor Indonesia menurun dan memperburuk tantangan yang sudah ada sebelumnya, serta mempersulit perusahaan-perusahaan untuk pulih dari kesulitan ekonomi pasca-Covid 19. Direktur Center for Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, mengatakan, dampak langsung perang Rusia-Ukraina terhadap Indonesia dapat dilihat pada kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok, yang pada gilirannya juga menaikkan harga berbagai barang konsumsi lainnya. “Perang ini telah menimbulkan kerusakan yang luar biasa bagi prospek ekonomi global dan Indonesia,” kata Bhima. Oleh karena itu, ia berharap perang yang melibatkan dua negara produsen penting bagi banyak kebutuhan dunia ini segera diakhiri sehingga perekonomian bisa kembali normal. Bhima mengatakan, hampir semua negara berharap agar perdamaian antara Rusia dan Ukraina segera terwujud. Ia mengacu pada Sidang Umum PBB di bulan Februari lalu, ketika 141 negara, termasuk Indonesia, mengutuk tindakan Rusia dan memilih untuk mendukung penarikan penuh pasukan Rusia dari Ukraina dengan segera dan tanpa syarat.
Baca Juga: Hadiri Forum Industri di China, Menperin: Industri ASEAN Sumbang 35% dari PDB Bhima menambahkan, di dunia yang seolah semakin tidak memiliki batasan, ikatan antara satu negara dengan negara lain dan dengan ekonomi global semakin erat. Hampir tidak ada peristiwa yang terjadi di satu negara tidak memiliki dampak pada negara lainnya.
Menurutnya jika perdamaian Rusia-Ukraina terjadi, efeknya bagi perekonomian global akan luar biasa, termasuk bagi Indonesia. “Berdasarkan data Kementerian Keuangan, ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5,3% sampai dengan 5,7% jika itu terjadi,” ujar Bhima. Saat ini, setelah berkecamuknya perang sejak awal 2022, dunia dihadapkan dengan tingginya angka inflasi. Harga-harga melejit lantaran perang Rusia-Ukraina menutup rantai pasokan berbagai komoditas dan sumber energi. “Semakin cepat perang Rusia-Ukraina selesai, setidaknya gejolak ekonomi global bisa berkurang meski ada ancaman lain yang harus dihadapi, mulai dari inflasi, tren suku bunga, hingga cuaca ekstrim,” ujar Bhima.
Editor: Noverius Laoli