KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 berhasil mencapai angka di bawah 3%, yakni 2,8%. Angka ini lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang mencapai 4,57%. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa saja didesain untuk tidak defisit atau balance antara pengeluaran dan pendapatan. Hanya saja, konsekuensinya adalah tidak ada lagi subsidi listrik dan bahan bakar minyak (BBM) yang diberikan sehingga APBN bisa mengalami surplus.
Baca Juga: Kerap Disindir Soal Utang, Sri Mulyani Tegaskan Rasio Utang dalam Kondisi Sehat "Seandainya APBN mau dibalance-kan, bisa sih, anda mau kita balancekan? PLN gak saya bayar Rp 171 triliun itu langsung turun defisitnya. Bu Nicke (Pertamina) gak usah saya bayar Rp 379 triliun itu langsung nol defisitnya. PLN sama Pertamina mau?," ujar Sri Mulyani dalam acara Kuliah Umum Media Indonesia, Jumat (3/2). Dengan gambaran tersebut, Sri Mulyani mengartikan bahwa pilihan desain APBN akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam memberikan penerimaan negara. Dan jika subsidi dicabut maka akan berdampak kepada kemampuan daya beli masyarakat pula, khususnya masyarakat kalangan bawah. "Terus anda jawabnya begini, boleh saja bu, tapi saya boleh naikkan tarif listrik? Ya monggo saja dimarahin rakyat seluruh Indonesia," katanya.