Jingkrak-Jingkrak demi melepas penat



"Rocker juga manusia, punya rasa punya hati..." Sepenggal bait lagu milik grup band Serius itu bisa menenangkan hati dan melepas stres bila diteriakkan dengan lantang di studio musik. Apalagi, bila diiringi dengan alunan betotan gitar dan tabuhan drum yang dimainkan teman-teman sendiri, banyaknya pekerjaan di kantor pun sejenak terlupakan.

Tak percaya? Tanya saja pada bos-bos perusahaan yang sering jingkrak-jingkrak di studio musik. Sebutlah Bobby Gafur Umar, Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk atau Frans Satyaki Sunito, Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk. Keduanya sampai membentuk grup band dan bermain musik bersama-sama.

Bobby membentuk grup band bersama teman sekolah alumni SMA 86 Jakarta, bernama Silverian Band. Sedangkan Frans mengajak rekan-rekan kerja di kantornya.


Bahkan Frans turut berperan melahirkan Indonesian Blues Association (INABlues). "Ini sesuai aliran musik kami," kata Frans, yang juga penggemar musik karya Rolling Stones.

Frans pandai bermain berbagai alat musik. Namun, ia sering memainkan harmonika saat nge-band. "Kami mulai latihan dari jam 19.00 hingga tengah malam di studio Jasa marga, setiap Senin dan Rabu, makanya grup kami bernama SnR," jelas Frans.

Rogoh kocek

Bobby memilih aliran musik rock dan pop. Ia dan grupnya biasanya memainkan lagu-lagu Scorpion, Queen, dan Genesis yang terkenal di era 1980-an. Saat nge-band, Bobby memainkan alat musik rhythm gitar dan akustik.

Selama ini, Bobby dan teman-teman berlatih di Studio Nasional Entertainment Indonesia (NEI) Cidodol dua - tiga kali per bulan. Mereka harus mengeluarkan biaya sewa per jam Rp 750.000. "Setelah grup ini terbentuk, kami lebih sering latihan. Asyik, meski bukan grup musik terkenal, tapi yang penting kami bisa jingkrak-jingkrak seperti rocker di luar negeri," ucap Bobby.

Sebenarnya, Bobby punya beragam alat musik, tapi belum lengkap. Otomatis, ia tidak bisa nge-band di rumah. Berbagai alat musik milik Bobby antara lain gitar listrik merek Ibanez JEM setipe gitaris kawakan dunia Steve Vai. Belum lagi Fender Stratocoaster serupa yang biasa dimainkan Eric Clapton serta Gibson Top milik Slash.

Di rumahnya juga tersimpan merek Taylor, Martin, dan Ovation. "Harganya ada yang mencapai Rp 50 juta per unit," ungkap Bobby. Koleksi berbagai alat musik itu di dapat dari berbagai kota di luar negeri seperti New York, Los Angeles, Seoul, Singapura, dan London. Biasanya, ia membeli alat musik tersebut saat bertugas ke luar negeri.

Tony Wenas, yang baru saja mengundurkan diri dari kursi Presiden Direktur PT International Nickel Indonesia Tbk malah punya perlengkapan nge-band komplet di rumahnya. Biasanya, setelah pulang kerja sekitar pukul 21.00 WIB, ia menyempatkan waktu sejenak bermusik bersama teman-teman dan musisi beken seperti Fariz Rustam Munaf. Baginya, bermain musik bisa menyeimbangkan hidup dan menyegarkan pikiran. "Sulit untuk ditinggalkan," kata Tony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini