Darah bisnis telah mengalir dalam diri Yoyok Widiartono sejak kecil. Kebetulan keluarganya memiliki latar belakang di bisnis makanan. "Dulu, orang tua saya terjun ke bisnis makanan ringan," ungkapnya. Saat masih kecil, Yoyok sering membantu orang tuanya berjualan makanan. Jiwa wirausaha ini terus tumbuh di dalam dirinya. Saat kuliah, ia pernah mencoba merintis beberapa usaha. Karena kesibukannya berbisnis, ia sering menelantarkan kuliahnya. Bahkan akhirnya, ia memilih tidak menyelesaikan kuliah dan fokus berbisnis.
Namun, perjalanan bisnis Yoyok tidak selalu mulus. Ia pernah berkali-kali jatuh bangun dan sempat bangkrut dengan membawa utang yang menumpuk. "Modal saya sempat minus karena harus membayar utang setelah bangkrut," kenangnya. Bisnis pertama Yoyok adalah memasok bahan kebutuhan pokok ke sejumlah toko ritel di Jabodetabek. Usahanya ini hanya bertahun satu tahun. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 menjadi penyebab utama gagalnya usaha itu. Setelah bangkrut, Yoyok kembali memilih menjadi sales marketing di dua perusahaan sekaligus di Jakarta. Ini merupakan kali kedua menekuni profesi ini lantaran sebelumnya, ia juga pernah menjadi sales marketing dari tahun 1993 hingga 1998. Setelah pontang panting membagi waktu jadi sales marketing di dua perusahaan, pada tahun 2004, Yoyok memilih mundur. "Saya stres mengatur waktu kerja," keluhnya. Setelah berhasil mengumpulkan modal dari pekerjaan sebagai sales marketing, Yoyok mendirikan usaha penjualan sparepart motor di Karawang, Jawa Barat. Ia memasok sparepart kendaraan tersebut ke sejumlah toko onderdil di Karawang. Tapi sayang, usahanya itu hanya bertahan sampai tahun 2005. Lagi-lagi, keberuntungan sepertinya masih belum berpihak kepadanya. Lebih sengsara lagi, selain bangkrut, Yoyok juga harus menanggung utang lebih dari Rp 100 juta. Yoyok sendiri bingung, mengapa ia bisa bangkrut. Padahal, ia menjalankan usahanya bersama seorang teman. Tugas Yoyok mengatur pasokan di lapangan, sedangkan temannya mengurus administrasi dan pembukuan. Setelah dicek, penyebab kebangkrutan itu adalah kesalahan administrasi. Untuk melunasi utang, Yoyok terpaksa menjual rumahnya. Semua orang yang selama ini menjadi kenalannya, termasuk keluarga, menyalahkannya. "Mereka tidak mempercayai saya lagi," katanya.
Menghadapi kegagalan itu, Yoyok memilih tidak terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihan. Ia yakin, segala sesuatu ada masanya. Ia masih yakin, ada juga masa di mana ia harus bangkit dan meraih sukses. Yoyok lantas memutuskan bangkit dari keterpurukan itu dan memulai usaha baru. Lantaran tidak memiliki modal lagi, akhirnya ia mengambil simpanan istrinya yang masih tersisa sebesar Rp 2 juta. Ia kembali membuka usaha onderdil. Sambil menjalankan usaha barunya ini, Yoyok mulai mengintip prospek usaha makanan. Pada 2006, ia memberanikan diri terjun ke bisnis makanan crepes. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri