JK: Tak perlu merger bank BUMN



JAKARTA. Isu penggabungan Bank BUMN kembali menjadi topik pembicaraan. Kali ini, dalam pertemuan antara Wakil Presiden (Wapres) Jusuf kalla (JK) dan jajaran Komisaris salah satu Bank plat merah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), hal itu kembali disinggung.

Menurut JK, upaya memperkuat industri perbankan nasional memang manjadi tujuan pemerintah. Namun, bukan dengan cara menggabungkan Bank BUMN menjadi satu Bank dengan aset yang lebih besar.

Indonesia, menurutnya negara besar dan terdiri dari ratusan juta pulau yang tersebar. Menurut dia, bank yang ada saat ini lebih baik dipertahankan menjalankan tugasnya masing-masing. "Misalnya BRI, harus mengutamakan masyarakat bawah," ujar JK, Kamis (16/4) di jakarta.


Begitu juga dengan Bank Mandiri harus fokus mengembangkan industri atau perdagangan. Sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) harus tetap berorientasi ke perumahan. kalau peran-peran itu diubah, artinya Industri Perbankan dirombak akan membutuhkan biaya lebih besar daripada operasionalnya. "Kita lupakan saja berpikir begitu," tegasnya.

Sementara itu, Komisaris Utama BRI Mustafa Abubakar mengatakan, tujuan kedatangannya menemui JK adalah untuk memperkenalkan diri sebagai anggota komisaris baru.

Untuk memperkuat industri perbankan, dia bilang, akan fokus untuk menjalankan fungsi utama BRI. Yaitu, membantu pembiayaan masyarakat kecil, seperti membantu pendanaan Kredit Usaha rakyat (KUR). Apalagi, BRI memang memiliki jaringan yang luas di masyarakat.

Dia sepakat, untuk menciptakan bank yang kuat, tidak perlu merger tetapi dengan bekerja keras meningkatkan kinerja.

Salah satu fokus BRI kedepan adalah semakin banyak membantu pemerintah dalam hal pendanaan proyek pemerintah. Misalnya, pembangunan infrastruktur pedesaan seperti jalan.

Selain itu, BRI juga akan meningkatkan kerjasama dengan BUMN pemerintah lainnya seperti PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengembangkan jaringan infrastruktur kelistrikan.

Bertemu Komisaris BRI, JK Bilang Merger Bank Tak Perlu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia