JK: Tidak ada itu mafia beras



JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla menampik adanya mafia beras yang bermain di balik naiknya harga pangan utama masyarakat Indonesia tersebut. Ia menduga permainan di pasaran hanya sebatas timbun-menimbun beras.

"Ah enggak ada itu, hanya orang dagang biasa timbun-timbun. Nanti juga biar rugi sendiri kita turunkan harga," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (23/2).

Kalla juga memastikan akan ada tindakan tegas bagi mereka yang menimbun beras. "Mau timbun, silakan saja, nanti kita suruh tangkap polisi," ujar dia.


Menurut Kalla, kelangkaan beras yang terjadi belakangan ini dikarenakan adanya masalah administrasi yang menghambat penyaluran beras. Padahal, produksi beras masih baik dan mencukupi kebutuhan nasional.

Untuk mengawasi masalah ini, Kalla memerintahkan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyalurkan beras miskin sebanyak 300.000 ton bulan ini. Diharapkan, penyaluran beras miskin tersebut bisa menstabilkan harga beras di pasaran.

Di pasar-pasar, beras kualitas menengah yang awalnya Rp 9.000 per kilogram kini rata-rata sudah naik 30 persen menjadi Rp 12.000/kg. Untuk kualitas premium, harganya sudah mencapai Rp 15.000 per kg dari sebelumnya Rp 11.000/kg.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menduga ada mafia beras yang bermain di balik naiknya harga kebutuhan utama tersebut. Menurut Gobel, ada yang janggal dalam sistem distribusi beras. Sebab, sejak Desember 2014 hingga Januari 2015, Bulog telah menggelar Operasi Pasar sebanyak 75 ribu ton yang digelontorkan kepada pengelola pasar Cipinang, PT Food Station, dengan harga gudang Rp. 6.800.

Dari harga tersebut, kata Gobel, seharusnya pedagang menjual kepada konsumen dengan harga Rp 7.400 per kilogram. Namun nyatanya, tidak ada pedagang yang menjual beras dengan harga demikian. (Icha Rastika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia