JNE ingin caplok perusahaan asing



YOGYAKARTA. Pelaku usaha beramai-ramai mencanangkan strategi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan. Tak ketinggalan, perusahaan penyedia jasa logistik PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (Tiki JNE) yang mulai woro-woro ingin mengakuisisi perusahaan asing di wilayah Asia Tenggara demi menyambut pasar bebas itu.

Tiki JNE mensyaratkan, perusahaan yang akan mereka akuisisi harus berbisnis di negara dengan karakteristik konsumen yang sama dengan Indonesia. "Kalau mirip, kami tertarik," ujar Managing Director Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Johari Zein, pekan lalu.

Hingga kini, pilihan Tiki JNE jatuh kepada Filipina dan Thailand. Selain karakateristik masyarakatnya yang mirip Indonesia, pertimbangan perusahaan itu adalah industri e-commerce dua negara itu yang sedang berkembang. Sayang, manajemen perusahaan ini belum mau membocorkan nama perusahaan yang tengah mereka incar.


Johari menceritakan, niatan mengakuisisi perusahaan logistik tak cuma menjadi hasrat Tiki JNE. Perusahaan ini juga mengaku beberapa kali telah dipinang oleh perusahaan logistik asing. Alasan para calon peminang itu adalah potensi pasar Indonesia yang besar dengan 250 juta penduduk. "Tapi, kami tak tertarik  untuk menjual perusahaan," tegas Johari.

Fenomena perusahaan jasa logistik untuk mengembangkan bisnis mereka di Indonesia menandakan persaingan bisnis logistik bakal makin ketat. Oleh karena itu, selain berencana melebarkan sayap ke mancanegara, Tiki JNE juga pasang tiga strategi untuk menguatkan pasar domestik.

Pertama, memperkuat jaringan bisnis di dalam negeri. Sebelumnya, manajemen perusahaan ini mengaku memiliki 5.000 hub di Indonesia. Di Ibukota, perusahaan ini memiliki empat hub besar dengan 400 titik transit.

Kedua, memperkuat kualitas sumber daya manusia. Ketiga, memanfaatkan teknologi. Tiki JNE sedang menggagas penggunaan mesin swalayan pengiriman barang. Nanti, konsumen bisa mencatatkan barang yang akan mereka kirim melalui mesin serupa anjungan tunai mandiri (ATM). 

Mesin itu memuat alat untuk menimbang barang, informasi tujuan pengiriman dan harga pengiriman. "Itu self assessment dan kalau sudah selesai tinggal bayar ke kasir," jelas Johari. Tiki JNE berharap bisa bekerjasama dengan peritel minimarket untuk menempatkan mesin itu.

Upaya lain untuk memanfaatkan teknologi adalah mengoperasikan sepeda listrik sebagai kendaraan distribusi. Pengoperasian sepeda listrik ini sebagai antisipasi rencana pemerintah daerah (Pemda) DKI Jakarta yang akan melarang kendaraan bermotor melintasi Jalan Thamrin dan Medan Merdeka Barat.

Tiki JNE sudah menyebar sekitar 100 sepeda listrik. Biaya investasi per sepeda listrik ini seharga Rp 12 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina