KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Tekanan politik terus meningkat pada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden setelah tiga tentara Amerika Serikat tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan yang didukung Iran pada hari Minggu. Pembunuhan ini menambah tekanan pada Biden untuk memberikan respons langsung terhadap Iran, meskipun ia enggan melakukannya karena khawatir dapat memicu perang yang lebih meluas. Serangan terhadap pasukan AS di Timur Tengah oleh kelompok yang didukung Iran sudah terjadi lebih dari 150 kali sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada bulan Oktober, melibatkan Irak, Suriah, Yordania, dan lepas pantai Yaman. Namun, serangan sebelumnya belum menimbulkan korban jiwa atau luka parah di pihak Amerika Serikat.
Baca Juga: China: Hubungan Kami dengan AS Terhambat Isu Kemerdekaan Taiwan Biden memiliki pilihan respons yang berkisar dari menargetkan pasukan Iran di luar negeri hingga serangan yang lebih hati-hati hanya terhadap kelompok militan yang bertanggung jawab. Hal ini memberikan ruang politik bagi Biden untuk membalas tanpa mengambil risiko terlibat dalam perang langsung dengan Teheran. Partai Republik menuduh Biden membiarkan pasukan Amerika menjadi sasaran empuk dan menekankan perlunya pembalasan militer yang kuat terhadap pasukan teroris Iran, baik di dalam maupun di luar Iran. Beberapa anggota Partai Republik, seperti Senator Tom Cotton dan Mike Rogers, menyerukan tindakan keras terhadap Teheran. Mantan Presiden Donald Trump juga menyalahkan kebijakan Biden, menyebut serangan itu sebagai "konsekuensi dari kelemahan dan penyerahan diri." Pemerintahan Biden, sementara itu, menyatakan upaya keras mereka untuk melindungi pasukan AS di seluruh dunia.