Joe Biden Meminta Seluruh Warga AS untuk Meninggalkan Ukraina



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah meminta seluruh warganya yang ada di Ukraina untuk segera meninggalkan negara tersebut. Biden menegaskan bahwa militer AS nantinya tidak akan membantu evakuasi jika invasi Rusia benar-benar terjadi.

Dalam wawancaranya dengan kanal berita NBC hari Kamis (10/2), Biden menambahkan bahwa tidak skenario apa pun yang dapat membuat AS mengirim pasukan untuk menyelamatkan warga negaranya yang ada di Ukraina.

"Warga Amerika harus pergi, harus pergi sekarang. Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia. Ini adalah situasi yang sangat berbeda, dan segalanya bisa menjadi gila dengan cepat," ungkap Biden, seperti dikutip New York Times.


Lebih lanjut, Biden menggambarkan situasinya nanti bisa seperti perang dunia, di mana pasukan AS dan Rusia menembak satu sama lain.

Baca Juga: Finlandia Selangkah Lagi untuk Bisa Memboyong 64 Unit Jet Tempur F-35 dari AS

Pada kesempatan terpisah, Departemen Luar Negeri mengatakan pada hari Kamis bahwa aksi militer dapat dimulai kapan saja dan tanpa peringatan. Departemen juga menggarisbawahi kembali peringatan kepada warga AS untuk tidak melakukan perjalanan ke Ukraina.

Bulan Oktober lalu, juru bicara bicara Departemen Luar Negeri Ned Price memperkirakan ada sekitar 6.600 warga AS yang tinggal di Ukraina.

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki pada hari Rabu (10/2) juga menyarankan agar semua warga AS untuk segera pergi dari Ukraina. Psaki menyebut negara memiliki berbagai cara untuk membantu warganya, namun tidak menjelaskannya secara detail.

"Amerika Serikat biasanya tidak melakukan evakuasi massal. Ada berbagai cara bahwa individu dan orang Amerika dapat berangkat dari Ukraina, dan kami telah mendorong mereka untuk melakukan hal itu," ungkap Psaki.

Baca Juga: Bank Sentral Eropa Ajak Semua Bank Bersiap Menghadapi Serangan Siber dari Rusia

Invasi Rusia terhadap Ukraina memang belum terjadi. Pihak Rusia pun terus menyangkal tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa penumpukan militernya merupakan langkah wajar sebuah negara untuk menjaga keamanan.

Meskipun demikian, kekhawatiran itu tetap ada. Pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan kepada parlemen awal bulan ini bahwa Rusia telah mengumpulkan semua yang dia perlukan untuk melakukan invasi.

Jika benar terjadi, invasi skala besar bisa memakan banyak korban manusia, termasuk kemungkinan kematian 25.000 hingga 50.000 warga sipil.