Joko sukses berbisnis alat peraga pendidikan setelah kena PHK (1)



Pil pahit terkena PHK di tahun 2008 membawa Joko Ahmad Sampurno sukses di bisnis alat peraga pendidikan. Berbagai alat peraga berbasis teknologi seperti komputer, peranti lunak pendidikan dan laboratorium dia ciptakan. Namun, Joko tidak menjual langsung ke konsumen. Dia memasarkan dengan cara berbeda. Dunia pendidikan menjadi jalur usaha yang digeluti oleh Joko Ahmad Sampurno. Lelaki berumur 39 tahun ini memang tidak pernah diajari untuk menjadi pendidik di bangku kuliah. Namun kesukaannya di bidang riset dan teknologi membawa dia terjun di usaha pembuatan alat peraga pendidikan. Joko adalah lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Surabaya (ITS). Setelah menyelesaikan kuliah, ia bekerja di PT Abacus Informindo System di divisi sistem dan kontrol. “Saya berterima kasih karena perusahaan saya bekerja dulu memberi kesempatan untuk mengembangkan kesukaan di bidang riset dan penelitian," ujarnya.Kariernya di Abacus cukup cemerlang. Joko pernah menjadi pimpinan produksi. Dengan pengalaman itu, ia mempunyai kemampuan memimpin proyek dan pemasaran. Itu nantinya juga sangat berguna dalam memimpin perusahaan. Selain menyukai dunia riset, Joko juga suka dengan bidang marketing. Karena itu dia lalu menekuni dunia pemasaran dan kembali kuliah dan mendapat titel master. Karier Joko di Abacus berhenti pada tahun 1998. Pada tahun itu, dia harus menelan pil pahit pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun, kondisi itu membawanya ke jalan yang lain. Pada tahun 2001, ia mendirikan perusahaan dengan nama berbentuk CV yang kemudian diubah menjadi PT Telsis Indonesia. Perusahaan yang dia dirikan itu fokus pada pembuatan alat-alat peraga pendidikan. Tak hanya untuk sekolah tingkat dasar dan TK, Telsis juga membuat alat peraga untuk perguruan tinggi. Alat peraga bikinan Joko berbasis teknologi. Ia membuat alat-alat yang dipakai untuk laboratorium bahasa termasuk peranti lunak atau software hingga compact disc (CD) pendidikan tiga dimensi. Selain itu, dia juga membuat alat peraga pelajaran sejarah dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Beberapa peranti lunak pendidikan juga dia ciptakan, termasuk pembuatan laboratorium komputer, dan proyektor dengan merek Telsis, Indokom dan Electron. Bahkan tahun ini, Telsis telah mampu mengembangkan software pendidikan untuk perguruan tinggi di bidang kedokteran, elektronika dan lain-lain. Indokom adalah merek yang dipakai untuk komputer, laptop, dan liquid crystal display (LCD). Adapun Telsis dan Electron dipakai untuk merek alat peraga, peranti lunak, dan laboratorium pendidikan. Joko juga memproduksi buku digital dan buku flash 3 dimensi, dengan penerbit Buku Indonesia.Untuk menjaga kualitas produksi, Joko menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai konsultan pengendali mutu. Langkah ini cukup berhasil, karena Telsis Indonesia bisa mengantongi ISO 9001, 14001 dan 18001. Kendali mutu, menurutnya, sangat penting, karena produk yang dibuat Joko adalah produk teknologi pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk mengembangkan inovasi, dia juga mendirikan Lembaga Riset Telsis Indonesia.Karena berbasis teknologi, alat peraga Joko dijual cukup mahal. Harga untuk satu paket alat peraga pendidikan berkisar antara Rp 10 juta sampai Rp 300 juta. "Paket alat peraga IPA harganya bisa sampai Rp 50 juta," kata Joko. Produk buatannya juga sudah merambah seluruh Indonesia, termasuk Aceh hingga Papua Barat. Dari bisnis ini, Joko mampu mengantongi omzet 10 miliar per tahun. Ia kini memiliki 4 pabrik alat peraga senilai Rp 4 miliar di Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya. Jumlah karyawan di empat pabrik tersebut mencapai 150 orang.Joko tidak menjual alat peraga secara langsung. Dia mendekati berbagai konsorsium, agen, dan perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan. Melalui sistem pemasaran ini, alat peraganya sampai ke sekolah-sekolah dan universitas. "Saya tidak menerima pesanan langsung dari sekolah dan dinas," katanya.Ia memakai cara pemasaran seperti itu, karena status perusahaannya memang hanya sebagai produsen. Adapun penjualan ke konsumen, ia serahkan ke pihak lain. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi