KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan Presiden RI Joko Widodo akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia pekan depan. Menkeu menyampaikan fokus pembahasan negara-negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia tersebut akan membahas pemulihan ekonomi pasca pandemi virus corona. “Mereka akan melihat dan membahas mekanisme dunia menghadapi krisis yang bisa menjalar secara mudah, dan bisa menimbulkan sistemik impact, karena tidak hanya kesehatan saja, atau neraca pembayaran atau bank saja, tapi bisa ada domino effect-nya,” kata Menkeu dalam acara Memaknai Krisis: Peluncuran Buku 25 Tahuh Kontan; Melintasi 3 Krisis Multidimendi yang diselenggarakan oleh Kontan, Minggu (24/10).
Menkeu menyampaikan, pertemuan KTT G20 kali ini akan sangat penting sama seperti tahun 2008-2009 lalu saat krisis financial global. Namun demikian, Sri Mulyani mengatakan penyebab krisis kala itu dengan saat ini berbeda.
Baca Juga: Sri Mulyani bertemu Menkeu AS Janet Yellen, ini yang dibahas Dus butuh penanganan yang berbeda. “Persoalannya adalah antarnegara ada mekanisme utk saling mengurangi kemungkinan transmisi krisis ini? Makanya kebijakan multilateral sangat penting,” kata dia. Sebab, Menkeu mengatakan krisis saat ini yang diakibatkan oleh pandemi virus corona bermuara pada masalah kesehatan yang telah merambat ke seluruh dunia. Sementara, pada 2008 disebabkan oleh kebangkrutan perusahaan properti asal AS yaitu Lehman Brothers yang berdampak terbatas. Menurutnya, pandemi virus corona tak mengenal tingkatan perekonomian negara. Amerika Serikat (AS) sebagai negara maju pun ikut dilanda pandemi Covid-19 dengan korban meninggal melebihi perang dengan Vietnam pada 1955-1975. Menkeu menjelaskan, karena yang diancam langsung jiwa manusia, maka krisis ketiga yang langsung terdampak adalah keuangan negara. Sebab, pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan masyarakat dari sisi kesehatan. Hingga, pandemi virus corona juga berdampak pada sosial dan ekonomi. Karena masalah kesehatan, seketika kegiatan masyarakat itu lumpuh, aktivitas sosial ekonomi menurun.
Baca Juga: Kemenaker matangkan persiapan pelaksanaan presidensi G20 “Dan yang kena selalu balance sheet. Balance sheet rumah tangga kena, orang yang gak punya pekerjaan atau pekerjaan harian kehilangan pendapatan. Orang yang tidak punya tabungan kena, perusahaan kehilangan konsumen, perusahaan tidak bisa bayar cicilan, semua langsung kena ke neraca rumah tangga, perusahaan, perbankan, dan ujungnya lagi-lagi keuangan negara,” kata dia. Untuk itu Menkeu mengatakan, negara hadir dengan memberikan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk meredam dampak pandemi dari segala aspek. Kebutuhan yang menyebabkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melonjak dari yang sebelumnya diamanatkan dalam UU tentang Keuangan Negara. “Jadi kalau Anda lihat trigger setiap krisis berbeda, bisa BOP, bisa krisis keuangan, bisa penyakit. Tapi ujungnya semuanya sama, keuangan negara yang mengalami beban terbesar. Nah keuangan negara makanya saya selalu menyampaikan harus mampu mengantisipasi. Dunia itu selalu bisa dihantam, Indonesia bisa dihantam berbagai krisis,” ucap Sri Mulyani. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto