KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G77 dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dalam rangkaian World Climate Action Summit (WCAS) COP28 di Dubai, Persatuan Emirat Arab (PEA). Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan bahwa COP28 merupakan salah satu wadah untuk memperkuat implementasi dalam melakukan aksi nyata dalam penanganan perubahan iklim. Prinsip Paris agreement harus menjadi pedoman bahwa tanggung jawab harus dibagi sesuai kemampuan nasional.
“COP28 harus menjadi ajang untuk perkuat implementasi bukan ajang untuk pertunjukan ambisi," kata Jokowi di Dubai, Sabtu (2/12).
Baca Juga: COP28 Dubai, Ini Langkah Indonesia Capai Net Carbon Sink Sektor Hutan dan Lahan Untuk itu, Presiden Jokowi menyatakan dukungan Indonesia terhadap G77 dan RRT. Serta turut mengajak semua pihak untuk melakukan aksi bersama. Jokowi menyampaikan tiga poin yang dapat dilakukan. Pertama, Presiden Jokowi mengundang seluruh pihak melakukan penguatan kerja sama selatan-selatan dengan menghidupkan kembali semangat Bandung. Hal tersebut dikarenakan solidaritas kesetaraan dan kolaborasi sangat diperlukan dalam penanganan perubahan iklim global. “Melalui kerangka kerja sama Selatan-Selatan, Indonesia telah memberikan pelatihan penanganan iklim untuk kawasan Afrika, Asia Selatan, Amerika Latin, Karibia, dan Pasifik,” terang Jokowi. Kedua, menjadikan negara berkembang sebagai bagian dari solusi. Presiden Jokowi menjelaskan bahwa keketuaan Indonesia pada konferensi internasional telah menghasilkan sejumlah aksi dan pandangan menghadapi perubahan iklim global. Misalnya, bursa karbon Indonesia sudah beroperasi sejak September lalu. Presidensi G20 Indonesia membentuk skema pembiayaan campuran dan platform negara. “Keketuaan Indonesia di ASEAN telah wujudkan taksonomi ASEAN," kata Jokowi. Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya kohesivitas dan inklusivitas dalam pemenuhan agenda global. Jokowi mendorong inventarisasi global atau global stocktake dapat merefleksikan kebutuhan pendanaan negara berkembang. Serta komitmen negara dari negara maju yang belum terpenuhi.
“Struktur pendanaan loss and damage jangan berbentuk hutang yang membebani dan harus mudah diakses,” ungkap Jokowi. Selain itu, transparansi dan kepastian dalam target pendanaan baru secara kolektif harus dilakukan dengan didukung sumber daya dan teknologi yang memadai. “Melalui upaya kita bersama, G77 and China dapat menjadi motor penggerak agenda iklim dunia,” pungkas Jokowi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari