Jokowi diminta tak pilih menteri pro asing



JAKARTA. Detik-detik pelantikan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla semakin dekat. Tak lama lagi, keduanya resmi memimpin pemerintah dalam kurun waktu lima tahun mendatang. 

Bisa jadi, kini Jokowi-JK tengah sibuk menyusun kabinetnya. Sejumlah nama pun sudah banyak bermunculan yang konon bakal menempati kursi menteri. 

Teka-teki sosok calon menteri yang nantinya mengisi kabinte Jokowi-JK semakin menarik diikuti. Menaruh harapan publik atas cerminan pemerintahan bersih dan kredibel.


Budayawan Romo Benny Susetyo meminta Presiden terpilih Joko Widodo berhati-hati dan selektif dalam memilih menteri di kabinet pemerintahannya. Meski begitu ia meyakini Jokowi akan memilih dengan cara terbaik. 

"Jangan pilih menteri yang jelas-jelas pro pasar, pro asing. Jadi, Jokowi harus memperhatikan betul-betul, fokus dan perduli kepada kepentingan masyarakat," katanya, Senin (13/10).   Romo mengingatkan keinginan publik terhadap pemerintahan mendatang. "Pertama, pemberantasan korupsi terhadap mafia migas, mafia pajak, itu yang akan merugikan rakyat. Rakyat ingin kesejahteraan. Itu harus dipernuhi Jokowi dengan janjinya," paparnya.

Dan akhir-akhir ini sejumlah nama pun kian santer disebut-disebut bakal menduduki kursi menteri Jokowi-JK. Mencuatnya sejumlah nama itu pun tak pelak mengundang pro dan kontra. Terutama menyangkut isu pro asing dan pro pasar. 

"Iya yang saya dengar selama ini katanya yang akan ada orang yang menempati posisi strategis di sektor energi. Namun orang itu berkepentingan terhadap asing dan pernah berurusan dengan hukum. Kalau memang kita ingin berdaulat di energi maka harusnya orang-orang di posisi itu adalah orang-orang yang merah putih dadanya (nasionalis)," kata mantan Danjen Marinir Letjen Suharto.

Nama yang dimaksud Suharto adalah Darwin Silalahi yang akan mengisi posisi Direktur Utama Pertamina dan Triharyo 'Hengki' Soesilo yang akan duduk sebagai Menteri ESDM dalam kabinet Jokowi-JK.

Terkait nama Darwin, sambungnya, kita tahu dia sudah lama bekerja di perusahaan asing, maka nasionalismenya dipertanyakan.

"Untuk posisi Dirut di perusahaan sekaliber Pertamina, dibutuhkan jiwa nasionalis yang kuat. Kalau memang nantinya diisi oleh Darwin, semoga saja dia nasionalisnya kuat. Karena jika dilihat dari sejarah pekerjaan mereka, saya tidak yakin kalau dia memiliki jiwa merah putih yang kuat," sambungnya.

Sementara itu, terkait nama Hengki yang digadang-gadang akan menempati posisi orang nomor satu di Kementerian ESDM, Suharto menanggapi bahwa dalam tubuh Kabinet Jokowi-JK juga tidak boleh diisi oleh personal yang pernah bermasalah dengan hukum. Hal tersebut justru dinilai berbahaya bagi kubu Jokowi.

"Yang sudah tersandung kasus pun jangan, bahaya. Kalau menurut saya, kalau orang itu sudah tersandung kasus itu coret saja," ujarnya. (Sanusi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto