KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan proyek infrastruktur selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo turut membuat kinerja emiten konstruksi terdongkrak. Ratna Ningrum, Sekretaris Perusahaan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mengatakan, berbagai program infrastruktur pemerintah turut mendorong kinerja dan pergerakan harga saham perusahaannya. "WSBP memiliki kinerja fundamental yang baik. Ini sejalan dengan program pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/10).
Hal ini terlihat dari pendapatan usaha WSBP yang naik sejak tahun 2015 sebesar Rp 2,65 triliun menjadi Rp 7,1 triliun di tahun 2017. Begitu pula dengan laba usaha yang sebesar Rp 635 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp 1 triliun pada tahun 2017. Asal tahu saja, di semester I 2018, pendapatan WSBP naik 44%
year on year (yoy) menjadi Rp 3,84 triliun. Beban pokok pendapatan juga naik 36% yoy menjadi Rp 2,69 triliun. Meskipun begitu, laba bersih WSBP masih tumbuh pesat 58% yoy menjadi Rp 690,68 miliar. Dengan berbekal kinerja yang cukup positif di paruh pertama tahun ini, maka WSBP menargetkan pendapatan sampai akhir tahun 2018 sebesar Rp 7,5 triliun atau naik 5,6% dari 2017. Sedangkan target laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun atau naik 10% dari 2017. Sementara dari sisi pergerakan harga saham, Ratna bilang harga saham WSBP sejak IPO di tahun 2016 hingga Kuartal I 2017 mengalami peningkatan. "Namun pertengahan tahun 2017 sektor konstruksi mendapat sentimen kurang baik lantaran terjadi beberapa gejolak pada ekonomi dunia seperti perang dagang dan kenaikan suku bunga The Fed yang mempengaruhi kinerja harga saham pasar modal secara global," pungkasnya. Sekadar info, pergerakan saham WSBP sejak tanggal 21 September 2016 hingga penutupan pasar kemarin (22/10) mengalami penurunan 36%. Di mana saham WSBP pernah menyentuh titik tertinggi di level Rp 645 per saham pada tanggal 31 Oktober 2016. Lalu pernah mencapai level terendah di level Rp 332 per saham pada tanggal 15 Oktober 2018. Pada penutupan pasar hari ini saham WSBP turun 1,73% ke level Rp 340 per saham. Sementara soal faktor penghambat bagi WSBP saat ini, ia bilang ada tantangan soal efisiensi pada
supply chain. "Namun, WSBP konsisten mencapai target sehingga fundamental perusahaan dapat tercapai. Untuk meningkatkan efisiensi, perusahaan berencana untuk melakukan akuisisi pada sejumlah tempat, seperti quarry, logistik maupun transportasi," tambahnya. Selanjutnya Ratna juga mengungkapkan bahwa sejumlah proyek pemerintah yang disuplai atau dikerjakan WSBP direncanakan selesai tahun depan. "Tapi memang ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan waktu lebih lama, terkait dengan pembebasan lahan ataupun perubahan desain," imbuhnya. Dalam berita kontan sebelumnya, per September 2018 WSB mengantongi kontrak baru sebesar Rp 4,3 triliun atau meningkat 5% dari perolehan kontrak bulan sebelumnya yang sebesar Rp 4,08 triliun. Perolehan kontrak tersebut didapatkan dari proyek yang berasal dari addendum proyek PT Pertamina (Persero) Balikpapan, proyek tol Bocimi, proyek Tol Krian Legundi Bunder Manyar (KLBM), dan proyek Tol Pasuruan-Probolinggo. Dengan realisasi kontrak baru per September 2018, WSBP merealisasikan 51,80% dari target yang dibidik pada 2018. Total kontrak baru yang diincar mencapai Rp 8,3 triliun tahun ini. Sebagai catatan, WSBP menurunkan target kontrak baru pada tahun 2018. Nilai yang dibidik diturunkan dari awalnya Rp 11,52 triliun menjadi Rp 8,3 triliun. Keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan induk usaha, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), yang menunda pekerjaan investasi. Kontraktor pelat merah itu menunda rencana investasi di sejumlah proyek jalan tol. Di sisi lain, Ratna menyebut pembayaran termin yang diterima WSBP mencapai Rp 7,15 triliun hingga September 2018 yang didapat dari sejumlah proyek di antaranya tol Solo-Kertosono, tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar, tol Pemalang-Batang, tol Terbanggi Besar Pematang-Panggang, dan tol Batang-Semarang.
Sampai akhir 2018, dia memproyeksikan masih akan menerima pembayaran termin dari proyek
turnkey tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) Rp 9 triliun. Selain
turnkey WSBP juga akan mendapatkan pembayaran proyek non turn key. “Kami juga akan mendapatkan pembayaran atas proyek
turnkey tol Cimanggis-Cibitung dan tol Legundi-Bunder, serta pembayaran proyek non turnkey lainnya seperti Tol Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Pematang-Panggang," imbuh Ratna. Sementara untuk tahun 2019 nanti, Ratna bilang pihaknya menargetkan kenaikan perolehan kontrak baru 20% atau naik sebesar Rp 10 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Narita Indrastiti