JAKARTA. Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla memenangi pemilihan presiden 2014 di sejumlah negara. Adapun pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menang di Libya.Duta Besar Indonesia untuk Libya Raudin Anwar, Rabu (9/7/2014), mengatakan, dari 111 warga negara Indonesia yang memilih di negara itu, sebanyak 76 pemilih memberikan suara untuk Prabowo-Hatta dan 30 suara untuk Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Sebanyak 5 suara tidak sah.Sementara itu, pasangan Jokowi-JK, antara lain, menang di Thailand, Hongkong dan Makau, Australia, serta Belanda.Sekretaris Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Hongkong Sam Aryadi menyebutkan, Jokowi-JK mengantongi 19.166 suara (75,4 persen) dan Prabowo-Hatta meraih 6.169 suara (24,3 persen). Penghitungan suara berlangsung di kantor Konsulat Jenderal RI di Causeway Bay, Hongkong.”Prosesnya berlangsung lancar. Kini kami tengah mempersiapkan penghitungan suara lewat pos pada 10-14 Juli,” ujar Sam. Pemilih yang hadir 25.137 orang dari 114.662 orang yang terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) di seluruh Hongkong. Adapun yang memberikan suara melalui pos ada 18.126 orang.Sementara di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok, Thailand, seperti diumumkan lewat akun Twitter resmi mereka, Jokowi-JK menang dengan 604 suara. Adapun Prabowo-Hatta mendapat 312 suara. Suara tidak sah 11 lembar.Dari Australia, Sekretaris PPLN Sydney Akbar Makarti menyampaikan, dari 9.951 pemilih yang memberikan suara, 1.285 orang memilih Prabowo-Hatta dan 8.666 orang memilih Jokowi-JK. Adapun di KBRI Canberra, Sekretaris III KBRI Canberra Sezargerry Sumardi menginformasikan, dari 516 surat suara yang masuk, Prabowo-Hatta memperoleh 102 suara dan Jokowi-JK memperoleh 405 suara. Ada 9 surat suara tak sah.Dalam pilpres yang digelar di KBRI Den Haag, Prabowo-Hatta mendapat 401 suara, dan Jokowi-JK meraih 1.927 suara.Klaim sahHarian Sydney Morning Herald Australia melaporkan, akademisi dari Universitas Nasional Australia, Canberra, Ed Aspinall mengatakan, kemenangan yang diklaim Jokowi adalah sah-sah saja. Klaim serupa dilakukan Prabowo.Menanggapi hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, seperti Lingkaran Survei Indonesia, Center for Strategic and International Studies (CSIS), serta Saiful Mujani Research and Consulting, yang hasilnya menunjukkan kemenangan pasangan Jokowi-JK, menurut analis politik Kevin Evans seperti dilaporkan CNN, hasil perhitungan cepat di Indonesia biasanya akurat dengan margin of error 1-2%.Menurut analis dari Bower’s Asia Group, Douglas Ramage, seperti dikutip CNN, pemilih mencari kepemimpinan yang tangguh dan yang tidak didapatkan dari presiden sebelumnya. ”Kedua kandidat meyakini Indonesia layak memperoleh bagian yang lebih besar dari kekayaan nasional mereka,” katanya. Ia menambahkan, kedua kandidat juga menyajikan visi yang lebih berwawasan Indonesia.Masalah pertama dan terutama, seperti pada semua pemilu, adalah terkait ekonomi. Ekonomi Indonesia melambat dengan pertumbuhan 5-6 persen. Bank Dunia menyatakan, pertumbuhan itu tak cukup untuk menyediakan lapangan kerja bagi 15 juta warga Indonesia yang masuk angkatan kerja."Indonesia punya sumber daya manusia, sumber daya alam, demografi yang menguntungkan, urbanisasi yang cepat, dan kelas menengah yang jumlahnya meningkat. Indonesia juga punya manajemen makro-ekonomi yang baik. Semua ini bisa mengangkat negara itu," kata Ndiame Diop, ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia. (JOS/LOK/DWA/SAM)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Jokowi-JK menang di sejumlah negara
JAKARTA. Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla memenangi pemilihan presiden 2014 di sejumlah negara. Adapun pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menang di Libya.Duta Besar Indonesia untuk Libya Raudin Anwar, Rabu (9/7/2014), mengatakan, dari 111 warga negara Indonesia yang memilih di negara itu, sebanyak 76 pemilih memberikan suara untuk Prabowo-Hatta dan 30 suara untuk Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Sebanyak 5 suara tidak sah.Sementara itu, pasangan Jokowi-JK, antara lain, menang di Thailand, Hongkong dan Makau, Australia, serta Belanda.Sekretaris Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Hongkong Sam Aryadi menyebutkan, Jokowi-JK mengantongi 19.166 suara (75,4 persen) dan Prabowo-Hatta meraih 6.169 suara (24,3 persen). Penghitungan suara berlangsung di kantor Konsulat Jenderal RI di Causeway Bay, Hongkong.”Prosesnya berlangsung lancar. Kini kami tengah mempersiapkan penghitungan suara lewat pos pada 10-14 Juli,” ujar Sam. Pemilih yang hadir 25.137 orang dari 114.662 orang yang terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) di seluruh Hongkong. Adapun yang memberikan suara melalui pos ada 18.126 orang.Sementara di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok, Thailand, seperti diumumkan lewat akun Twitter resmi mereka, Jokowi-JK menang dengan 604 suara. Adapun Prabowo-Hatta mendapat 312 suara. Suara tidak sah 11 lembar.Dari Australia, Sekretaris PPLN Sydney Akbar Makarti menyampaikan, dari 9.951 pemilih yang memberikan suara, 1.285 orang memilih Prabowo-Hatta dan 8.666 orang memilih Jokowi-JK. Adapun di KBRI Canberra, Sekretaris III KBRI Canberra Sezargerry Sumardi menginformasikan, dari 516 surat suara yang masuk, Prabowo-Hatta memperoleh 102 suara dan Jokowi-JK memperoleh 405 suara. Ada 9 surat suara tak sah.Dalam pilpres yang digelar di KBRI Den Haag, Prabowo-Hatta mendapat 401 suara, dan Jokowi-JK meraih 1.927 suara.Klaim sahHarian Sydney Morning Herald Australia melaporkan, akademisi dari Universitas Nasional Australia, Canberra, Ed Aspinall mengatakan, kemenangan yang diklaim Jokowi adalah sah-sah saja. Klaim serupa dilakukan Prabowo.Menanggapi hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, seperti Lingkaran Survei Indonesia, Center for Strategic and International Studies (CSIS), serta Saiful Mujani Research and Consulting, yang hasilnya menunjukkan kemenangan pasangan Jokowi-JK, menurut analis politik Kevin Evans seperti dilaporkan CNN, hasil perhitungan cepat di Indonesia biasanya akurat dengan margin of error 1-2%.Menurut analis dari Bower’s Asia Group, Douglas Ramage, seperti dikutip CNN, pemilih mencari kepemimpinan yang tangguh dan yang tidak didapatkan dari presiden sebelumnya. ”Kedua kandidat meyakini Indonesia layak memperoleh bagian yang lebih besar dari kekayaan nasional mereka,” katanya. Ia menambahkan, kedua kandidat juga menyajikan visi yang lebih berwawasan Indonesia.Masalah pertama dan terutama, seperti pada semua pemilu, adalah terkait ekonomi. Ekonomi Indonesia melambat dengan pertumbuhan 5-6 persen. Bank Dunia menyatakan, pertumbuhan itu tak cukup untuk menyediakan lapangan kerja bagi 15 juta warga Indonesia yang masuk angkatan kerja."Indonesia punya sumber daya manusia, sumber daya alam, demografi yang menguntungkan, urbanisasi yang cepat, dan kelas menengah yang jumlahnya meningkat. Indonesia juga punya manajemen makro-ekonomi yang baik. Semua ini bisa mengangkat negara itu," kata Ndiame Diop, ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia. (JOS/LOK/DWA/SAM)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News