Jokowi-Ma'ruf menang, begini kata manajer investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal sepertinya menyambut baik pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait hasil Pilpres April lalu. Terbukti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai bangkit hari ini dengan ditutup menguat 0,75% di level 5.951,37, setelah pekan lalu berkinerja jeblok.

Kekhawatiran pasar terhadap sentimen internal, sontak berkurang. Sebab, KPU hari ini melaporkan pasangan capres dan cawapres, Jokowi-Ma'ruf unggul atas Prabowo-Sandiaga dalam Pilpres 2019 dengan perolehan suara 55,50% dari total suara sah sebanyak 154.257.601 suara.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai ketidakpastian politik yang berkurang paska pengumuman akan menjadi sentimen positif bagi pasar modal. Tapi ia menegaskan efek politik terhadap IHSG biasanya tidak lama. Sejalan, Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo menilai, Jokowi effect hanya bersifat sesaat, dan sudah berlangsung sejak kemarin.


Kata Rudiyanto, dalam jangka menengah dan panjang akan kembali ke fundamental seperti kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dan likuiditas dana asing yang keluar masuk ke Indonesia. “Laba bersih emiten tumbuh dari tahun ke tahun terutama untuk emiten besar,” kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).

Rudiyanto mengamati bahwa aspek suku bunga yang berpotensi turun di tahun ini akan lebih berkontribusi terhadap kenaikan harga saham. Asal tahu saja, sampai saat ini Bank Indonesia (BI) masih menetapkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate (BI-7DRR) di level 6%. Rudiyanto memprediksi ada potensi BI memangkas BI-7DRR di akhir tahun atau awal tahun depan, sehingga pasar modal masih bias ciamik lagi.

Jokowi-Ma’ruf akan memimpin Indonesia dalam lima tahun ke depan. Head of Bussiness Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan, Jokowi effect akan menjadi sentimen positif terutama saham konstruksi karena visi Jokowi untuk pembangunan Indonesia.

Secara fundamental, Reza mengamati prospek ekonomi Indonesia masih bagus di masa depan. Sebab utang luar negeri masih dalam batas wajar jika dilihat dari rasio terhadap PDB dan juga stabilnya rupiah dan terkendalinya inflasi.

Sebab, kata Reza arah pasar modal masih akan dipengaruhi oleh perang dagang, CAD, volatilitas rupiah dan earning results. jadi dengan kata lain dalam waktu dekat pasar modal masih akan fluktuatif.

Di sisi lain Soni memperhatikan pergerakan saham terlihat melemah terutama pada sektor komoditas, otomotif, dan semen. Sementara telekomunikasi, bank, retail kalangan menengah dan konstruksi mengalami perbaikan laba.

Untuk itu Reza merekomendasikan saham industri perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI, serta satu saham emiten ritel yakni UNVR. Reza menikai saham tersebut memiliki valuasi yang menarik dengan laba per saham yang terus bertumbuh dan pembagian deviden yang cukup stabil di saat ketidakpastian perekonomian sedang berlangsung.

Tak jauh berbeda ke depan Soni merekomendasikan saham-saham sekaliber BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, ICBP, ACES, WIKA, dan PTBA. “Sebab saham-saham memiliki earning potensial di atas rata-rata industrinya,” kata Soni kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).

Bukan berarti ketika sentimen pilpres mereda pasar modal bias adem ayem. Sentimen pasar modal bukan hanya masalah domestik, tapi juga sentimen eksternal seperti perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang telah berlangsung sejak tahun lalu dan sampai saat ini belum ada ujungnya. Reza menilai arah pasar modal masih akan dalam tren kenaikan kalaupun perang dagang berdamai.

Nah, dalam hal ini yang perlu diperhatikan kebijakan-kebijakan Jokowi apa yang akan dilakukan ke depan di tengah ketidakpastian perang dagang dan ancaman perlambatan ekonomi global. Agar tetap tumbuh dengan optimal sepertinya Negeri Garuda masih punya banyak pekerjaan rumah.

Soni menilai agar ekonomi Indonesia tumbuh pemerintah perlu menciptakan pertumbuhan gross domestic product (GDP) di atas 5,5%, menghidupkan ekspor non-komoditas, meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) di sektor manufaktur, dan menjaga stabilitas rupiah serta membatasi CAD di level 2% dari GDP.

Reza meramal sampai dengan akhir tahun ini IHSG kemungkinan bisa tembus hingga di level 7.100. Adapun Sony memproyeksikan IHSG berada di level 6.700 sampai akhir tahun. Sementara Rudiyanto meramal IHSG di akhir tahun ini berada di kisaran 7.200-7.400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati