JAKARTA. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Heri Budianto menilai, safari politik yang dilakukan presiden terpilih Joko Widodo kepada elite partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih merupakan keuntungan bagi PDI Perjuangan. Ia mengatakan, ketika PDI-P menemui kebuntuan untuk melobi KMP, Jokowi muncul dengan pendekatan politiknya. "PDI-P gagal ajak koalisi KMP untuk merapat. Tapi ketika ada kebuntuan Koalisi Indonesia Hebat, di situ Jokowi muncul," ujar Heri saat dihubungi, Rabu (15/10) malam. Menurut Heri, Jokowi berpotensi besar menjadi jembatan politik antara KIH dan KMP sehingga tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadinya penjegalan dalam pemerintahan ke depan. Apalagi, kata Heri, pertemuan Jokowi dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie beberapa waktu menandakan bahwa Jokowi berhasil mencairkan suasana tegang antara kedua kubu.
"Langkah politik yang dilakukan Jokowi bisa memiliki efek politik yang baik. Dia bisa meredam gejolak yang sempat panas pasca pemilihan pimpinan parlemen," kata Heri. Heri mengatakan, kelebihan Jokowi yang tidak banyak diketahui publik, salah satunya adalah kemampuannya sebagai komunikator politik. Ia menambahkan, sebaiknya Jokowi terus menerapkan "politik meja makan" ini dalam mengamankan langkah pemerintahannya. "Jokowi ini kan terkenal dengan 'politik meja makan'. Politik meja makan ini sebuah andalan. Dia terbiasa selesaikan persoalan, mengajak bicara target politiknya di meja makan," ujarnya. Dengan langkah tersebut, Heri menilai Jokowi memiliki posisi menawar yang kuat di hadapan lawan politiknya. Menurut Heri, PDI-P dapat mengandalkan Jokowi dalam melakukan lobi politik, kendati yang menentukan arah koalisi semestinya adalah ketua umum partai. "Mestinya PDI-P bisa sangat mengandalkan Jokowi dalam melakukan lobi politik, termasuk di parlemen. Terbukti, elite PDI-P keteteran dan Jokowi, saya yakin, dengan gaya politik itu bisa cairkan suasana," ujar Heri.