JAKARTA. Badan Gambut Nasional akhirnya resmi terbentuk setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani Peraturan Presiden Nomor 01 Tahun 2016. Selain itu, Jokowi juga menetapkan Nazir Foead sebagai kepalanya. Jokowi menganggap Nazir memiliki kompetesi yang mumpuni untuk memimpin Badan Restorasi Gambut dan menyelesaikan permasalahan lahan gambut di sejumlah tempat.
"Terutama kemampuan untuk berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga (K/L)dan jejaring lembaga internasional," kata Jokowi, Rabu (13/1) di Istana Negara, Jakarta. Daftar riwayat hidup Nazir memang menunjukan, kalau dirinya sering terlibat dalam aktivitas pelestarian lingkungan. Salah satu organisasi yang pernah tempat Nazir beraktivitas adalah lembaga konservasi internasional WWF. Di lembaga yang identik dengan logo panda ini pernah menjabat sebagai Direktur Konservasi pada periode 2011-2014. Setelahnya, Ia aktif di organisasi Climate and Land Use Alliance (CLUA) dari tahun 2014 hingga Ia ditunjuk sebagai Kepala Badan Restorasi Gambut. Kini, Ia diminta Jokowi untuk segera menyusun rencana aksi yang akan dilakukan. Sebab masalah gambut yang ada di Indonesia sudah menjadi sorotan serius oleh dunia internasional. Asal tahu saja, Badan ini langsung berada di bawah komando Presiden Joko Widodo. Bila merujuk pada rencana awal, Badan restorasi Ekosistem gambut akan segera bekerja setelah pimpinan dan anggotanya terpilih.
Bahkan, untuk mendukung lembaga ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah membuat peta sebaran daerah lahan gambut yang harus segera direstorasi atau dihijaukan lagi. Biaya operasional lembaga ini berasal dari hibah beberapa negara. Diantaranya hibah dari Norwegia sebesar US$ 800 juta, dari Inggris US$ 3 juta, dan dari Amerika Serikat sebesar US$ 2,9 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto