Jokowi Sebut Rumput Laut Berpotensi Jadi Kekuatan Ekonomi Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa program hilirisasi sumber daya di Indonesia akan diperluas, tidak hanya terbatas pada sektor pertambangan, tetapi juga mencakup sektor pertanian, kelautan, dan pangan yang memiliki potensi besar sebagai kekuatan ekonomi masa depan.

"Kekuatan terbesar kita di masa depan adalah rumput laut, seaweed, dan kehidupan masyarakat sekitar pun bergantung pada hasil laut," ujar Jokowi dalam acara BNI Investor Daily Summit, Selasa (8/10). 

Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 80.000 kilometer, yang menawarkan potensi besar untuk pengembangan sektor kelautan melalui hilirisasi.


Baca Juga: Kebijakan Ekspor Pasir Laut Dikhawatirkan Picu Pengangguran Nelayan

Presiden menjelaskan bahwa dengan rencana dan strategi taktis yang tepat, rumput laut dapat diolah menjadi berbagai produk seperti pupuk organik, kosmetik, makanan, hingga bioavtur. Hal ini, menurutnya, akan memberikan nilai tambah yang signifikan dan dampak positif bagi masyarakat pesisir.

Selain sektor kelautan, Jokowi juga mendorong hilirisasi di sektor perkebunan dan pertanian. Ia menekankan pentingnya menambah nilai komoditas seperti kopi, kakao, lada, dan nilam dengan tidak mengekspor dalam bentuk mentah. 

"Kopi, kakao, lada, dan nilam jangan diekspor dalam bentuk raw material," tegasnya. 

Menurut data yang disampaikan, Indonesia memiliki luas perkebunan kopi mencapai 1,2 juta hektare, kakao 1,4 juta hektare, lada 172.000 hektare, dan nilam 12.000 hektare. 

Baca Juga: KKP Siap Maksimalkan Ekspor Perikanan ke Rusia

Jokowi menambahkan bahwa sumber daya alam ini tidak boleh berkembang secara alami saja, tetapi harus dikembangkan secara terarah melalui industri hilir, baik di sektor makanan dan minuman maupun kosmetik.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan pentingnya menghentikan ekspor komoditas mentah untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli