KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menegaskan bahwa penyelesaian proyek ketenagalistrikan 35.000 MW tidak bisa ditempuh dalam tempo singkat. Proyek strategis nasional ini membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk beroperasi dari masa konstruksi. "Kalau ditulis capaian program 35.000 MW yang sudah commercial operation date (COD) atau sertifikat laik operasi (SLO) sudah 1.362 MW, itu memang betul benar. Itu sejak pertengahan 2015. Kalau dihitung sampai sekarang kurang lebih 2,5 sampai tiga tahun," ungkap Jonan dalam siaran pers, Rabu (7/3). Dia bilang, pengoperasian proyek ini bisa membutuhkan waktu lebih lama menyesuaikan jenis pembangkit dan kapasitas.
Meski begitu, Jonan membeberkan sebanyak 17.116 MW sudah konstruksi. Selebihnya ada yang sudah tanda tangan kontrak dan ada yang dalam tahap pengadaan serta tahap perencanaan. "Untuk yang tahap konstruksi ini tetap berjalan. Tidak ada masalah," jelasnya. Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN), Sofyan Basir, mengungkapkan, secara total kemajuan pembangunan proyek 35.000 MW sudah mencapai 30% hingga 40%. "Kalau ditanya 35.000 MW sudah selesai dalam dua tahun pasti saya berbohong. Tapi, kalau berbicara progress pembangunnnya itu sudah 30%-40%," katanya. Lebih lanjut, Sofyan merinci prakiraan masa pembangunan pembangkit. Untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) memakan waktu sekitar 5-6 tahun, panas bumi (PLTP) bisa 5-6 tahun, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di atas 600 MW bisa mencapai 6 tahun dan di bawah 600 MW mencapai 3 tahun. "Yang lebih cepat itu (pembangkit listrik berbahan bakar) gas bisa 8 bulan sampai 1 tahun," paparnya.