JP Morgan Mengincar Pasar Properti Asia



HONG KONG. Ada kabar baik untuk para pengembang properti Asia. JPMorgan Chase & Co. berencana menginvestasikan dana US$ 1 miliar lebih di pasar properti Asia selama tiga tahun ke depan. Bank dan lembaga investasi asal Amerika Serikat (AS) ini berharap bisa menjawab kebutuhan dana para pengembang China dan India.

Catatan saja, JPMorgan merupakan salah satu bank yang kondisi keuangannya lebih baik daripada beberapa pesaingnya di Wall Street. Sebab, bank itu tak terlalu banyak memiliki investasi yang berbau kredit perumahan subprime.

Kini, JPMorgan tengah mengincar kesempatan untuk membiayai proyek-proyek perusahaan properti Asia. "Ini peluang yang fantastis buat kami. Saat ini, banyak pesaing kami yang mengurangi kucuran kreditnya karena kesulitan keuangan," ujar Bryan Sothergill, kepala divisi properti JPMorgan untuk pasar Asia.


Ada peluang besar di Asia

Sothergill bilang, tahun lalu, perusahaan investasi atau private equity fund beramai-ramai ingin berinvestasi ke India dan China. Namun, kala itu, mereka kesulitan masuk.

Sementara, saat ini, banyak investor asing yang enggan masuk ke pasar properti Asia karena risikonya tinggi. Bank-bank lokal, khususnya di China dan India, juga memperketat kreditnya ke sektor konstruksi. Sudah begitu, turunnya kinerja pasar modal memperkecil peluang perusahaan untuk meraup dana segar melalui penjualan saham ke bursa atau initial public offering (IPO).

Karena keterbatasan dana itulah,  kini, para pengembang Asia memberi tawaran yang menggiurkan. Apalagi, banyak pengembang China dan India yang tengah berjuang merampungkan proyek-proyek ambisius yang telanjur mereka garap. "Kini, ekspektasi mereka mulai menurun sehingga permintaan mereka lebih masuk akal," imbuh Southergill.

Tapi, Southergill menyatakan akan tetap berhati-hati menghadapi kondisi pasar properti Asia. Sebab, Beijing telah menaikkan suku bunga, memajaki keuntungan dari peningkatan harga tanah, melarang warga yang bukan penduduk untuk membeli apartemen, serta menerapkan kebijakan ketat untuk mengerem spekulasi tanah.

Sementara, di India, suku bunga dan rasio cadangan bank telah naik. Pemerintah juga melarang bank memberi pinjaman untuk pembelian tanah. Karena itu, pertumbuhan properti di kedua negara ini melambat.

"Kami akan hati-hati. Tapi, kami akan agresif membiayai gedung dan memanfaatkan periode koreksi ini untuk menjalin relasi dengan perusahaan tempat kami berinvestasi," ujar Southergill lagi. Hingga kini, JPMorgan telah mengucurkan pinjaman ke beberapa perusahaan properti China dan India. Bank ini juga berencana membuka divisi investasi properti di Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie