JP Morgan Prediksi Harga Saham Blue Chip Ini Akan Kembali Ke Level 5.000



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat turun ke level terendah, harga saham blue chip PT Astra International Tbk (ASII) mulai bangkit belakangan ini. JP Morgan dan sejumlah analis prediksi harga saham ASII akan melanjutkan tren kenaikan, bahkan bisa mencapai harga Rp 5.000 per saham.

Saham ASII adalah salah satu saham dengan karakteristik blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman di lantai bursa dan memiliki fundamental kuat serta kapitalisasi pasar besar.

Harga saham ASII pada perdagangan Kamis 20 Juni 2024 ditutup di level 4.450, stagnan dibandingkan sehari sebelumnya. Selama perdagangan 5 hari terakhir, harga saham ASII terakumulasi naik 100 poin atau 2,30%.


Sejak awal tahun 2024 harga saham ASII terakumulasi melemah 1.250 poin atau 21,93%. Tahun ini, harga terendah saham ASII terjadi pada 31 Mei 2024 di level 4.290.

 
ASII Chart by TradingView
Tim Asean Metals, Indo Auto & Consumer Research JP Morgan menyatakan bahwa mereka telah mengakhiri pandangan underweight pada saham ASII. Kinerja saham ASII tercatat turun 17% secara YTD, lebih buruk dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 15,5%.

"Kami melihat sebagian besar berita buruk dan tesis negatif terhadap perusahaan sudah muncul. Kami pun melihat risiko-imbalan menjadi seimbang di level harga saat ini," tulis Tim JP Morgan dalam riset yang dikutip pada Minggu (9/6).

Baca Juga: Emiten Milik Orang Terkaya RI Beri Dividen dan Saham Bonus, Apa Layak Beli?

JP Morgan mengubah pandangannya dari underweight menjadi netral untuk saham ASII. JP Morgan memperkirakan harga saham ASII akan berada dalam kisaran Rp 4.000 - Rp 5.000 dalam waktu dekat, didorong oleh penjualan bulanan kendaraan roda empat, termasuk model hybrid dan BEV.

Penurunan harga saham juga dipengaruhi oleh perkiraan penjualan kendaraan roda empat yang hanya mencapai 900.000 unit tahun ini, serta peluncuran model baru dari ASII dan kompetitornya. Khususnya, kompetitor BYD yang meluncurkan HEV dengan jangkauan 2.000 kilometer.

Sementara itu, Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya mencatat harga saham ASII terus melemah, setara dengan harga empat tahun lalu. Secara teknikal, saham ASII tengah retest support pada level 4.510.

"Pelemahan harga saham ASII disebabkan oleh turunnya laba bersih sebesar 15,81% YoY menjadi Rp 7,46 triliun dari sebelumnya Rp 11,59 triliun," jelas Arinda pada Kontan, Minggu (9/6).

Penurunan laba bersih ASII dipicu oleh pendapatan yang turun 2,13% YoY pada kuartal I 2024, serta penjualan mobil dan sepeda motor yang masing-masing turun 20% YoY dan 7,8% YoY.

Namun, Arinda tetap optimis dengan prospek jangka panjang ASII, mengingat rencana pembangunan Astra Biz Center-IKN yang akan menjadi kompleks terpadu untuk 11 merek perusahaan Grup Astra.

Baca Juga: Ada yang Blue Chip, Inilah Saham-Saham Murah di indeks IDX Value30

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, dalam jangka pendek, pergerakan harga saham ASII berhasil rebound di atas level 4.530, dengan indikasi peningkatan lebih lanjut jika dapat bertahan di atas level tersebut.

Sukarno menilai saat ini masih minim sentimen positif yang mendorong kinerja harga saham ASII, kecuali penurunan harga signifikan yang membuat valuasi menjadi menarik.

Prospek ASII masih positif jika penjualan mobil pulih, didukung oleh kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia pada semester II 2024.

Sukarno merekomendasikan trading buy untuk saham ASII dengan target harga Rp 4.800 - Rp 5.000.

Sedangkan Arinda menyarankan untuk buy saham ASII secara bertahap dengan target jangka pendek Rp 5.075 dan target jangka panjang Rp 5.875, sambil memperhatikan situasi dalam negeri terkait penjualan mobil ASII.

Itulah rekomendasi saham blue chip ASII. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Baca Juga: Harga Berguguran, Saham Syariah & Blue Chip Ini Punya Potensi Naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto