KONTAN.CO.ID - Raksasa perbankan global JPMorgan Chase dikabarkan tengah menjajaki peluang untuk menyediakan layanan perdagangan aset kripto bagi klien institusinya. Langkah ini menandai pendalaman signifikan hubungan bank konvensional dengan industri aset digital, sekaligus menunjukkan perubahan pendekatan CEO JPMorgan, Jamie Dimon, terhadap kripto.
Baca Juga: China Naikkan Kurs Tengah Yuan ke Level Tertinggi 15 Bulan, Sinyalkan Kehati-hatian Mengutip laporan
Bloomberg pada Senin (22/12), sumber yang mengetahui rencana tersebut menyebutkan bahwa JPMorgan sedang mengevaluasi berbagai produk dan layanan di divisi pasar (
markets division) sebagai bagian dari potensi ekspansi ke aset kripto. Layanan yang dipertimbangkan mencakup perdagangan kripto di pasar spot maupun derivatif. Pengembangan layanan perdagangan kripto ini masih berada pada tahap awal dan didorong oleh meningkatnya minat klien institusi, seiring perubahan iklim regulasi di Amerika Serikat (AS). Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, pemerintah AS sejak Januari telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang lebih ramah terhadap industri kripto, termasuk mengesahkan undang-undang pembayaran stablecoin GENIUS Act.
Baca Juga: Pemuatan Minyak Venezuela Melambat, Kapal Berbalik Arah Usai Intersepsi AS Meski demikian, langkah JPMorgan memperdalam keterlibatan di industri aset digital tetap menuai sorotan. CEO Strike Jack Mallers sebelumnya mengkritik JPMorgan karena menutup akun perusahaannya tanpa penjelasan pada November lalu. Menanggapi isu tersebut, Jamie Dimon dalam wawancara Desember menegaskan bahwa JPMorgan tidak melakukan penutupan rekening (debanking) berdasarkan afiliasi agama maupun politik. Apabila rencana ini terealisasi, penyediaan layanan perdagangan kripto untuk klien institusi akan menjadi perubahan besar dalam sikap Dimon terhadap aset digital, khususnya Bitcoin. Pada 2023, Dimon sempat menyebut Bitcoin hanya digunakan oleh “penjahat, pengedar narkoba, pencuci uang, dan penghindar pajak” dalam sebuah dengar pendapat. Namun, dalam wawancara Juli lalu, ia menyatakan lebih terbuka terhadap stablecoin dan mengakui manfaat teknologi blockchain.
Baca Juga: Nike Kehilangan Taji di Pasar China, Apa Penyebab Utamanya? Bank Global Ramai-Ramai Masuk Kripto JPMorgan bukan satu-satunya bank besar yang mulai melirik layanan kripto. Di Eropa, bank asal Prancis BPCE juga bersiap meluncurkan layanan perdagangan kripto untuk nasabah ritel, yang akan menjadikannya salah satu dari sedikit bank Uni Eropa yang menawarkan layanan aset digital secara langsung.
Sementara itu, BNY Mellon, bank kustodian global asal AS, pada November lalu mengumumkan peluncuran produk reksa dana pasar uang yang digunakan untuk menyimpan cadangan bagi penerbit stablecoin di Amerika Serikat. Langkah tersebut diambil sebagai respons terhadap ketentuan dalam GENIUS Act yang mewajibkan penerbit stablecoin memiliki cadangan aset yang memadai.