JAKARTA. Rencana PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) menjual aset mereka berjalan mulus. Presiden Direktur ELTY, Ambono Januarianto mengatakan, telah menandatangani kesepakatan jual beli aset dengan bos MNC Group, Hary Tanoesoedibjo dua minggu lalu. ELTY menjual dua jenis aset miliknya. Pertama adalah anak usaha mereka, PT Bakrie Toll Road yang mempunyai, lima konsesi jalan tol. Yaitu, Ciawi-Sukabumi, Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Batang-Semarang dan Pasuruan-Probolinggo. Kedua, ELTY juga menjual 50% kepemilikan di Lido Resort yang mempunyai resort dan lapangan golf. ELTY mematok harga lima konsesi jalan tol tersebut sebesar Rp 2 triliun. Angka ini jauh lebih besar dari target Bakrieland sebelumnya yaitu Rp 1,3 triliun. Sementara, Lido Resort yang memiliki luas 1.037 hektare dibanderol Rp 1 triliun. Kesepakatan jual beli dua aset tersebut, menurut Ambono, telah dilakukan dua minggu lalu.
Ambono menambahkan, transaksi tersebut bisa selesai akhir tahun ini. "Kemungkinan final clossing Lido bisa lebih dahulu dari transaksi jual beli jalan tol, sebab tidak melibatkan kreditur ," ujar dia. Ambono menambahkan, MNC Group telah menyetujui persyaratan dan kesepakatan harga dari ELTY. "Saya tidak melihat ada sesuatu yang bisa menghalangi transaksi ini. Idealnya akhir tahun," ujar Ambono, pada paparan publik, Selasa (11/12). Neraca membaik Ambono menyatakan, ELTY harus melepas Bakrie Toll Road untuk mengurangi beban keuangan. Pasalnya, ELTY harus menyisihkan Rp 150 miliar - Rp 160 miliar untuk membayar beban bunga. Padahal, kontribusi pendapatan tol tidak terlalu besar yaitu hanya 2% atau sebesar Rp 100 miliar per tahun. "Itu tidak cukup untuk membayar bunga dan overhead cost yang lain," tutur dia. Ambono menjelaskan, bisnis jalan tol butuh waktu cukup lama agar bisa balik modal, yaitu sekitar lima tahun. Kinerja Bakrie Toll Road tidak cemerlang lantaran belum ada koneksi dengan jalan tol Jakarta-Cikampek. Selain untuk mengembangkan proyek properti, ELTY akan memakai dana penjualan aset tersebut untuk membayar utang senilai Rp 1,8 triliun. Per Desember 2012, utang jatuh tempo ELTY sekitar Rp 60 miliar. Sedangkan, utang jatuh tempo per Maret 2013 Rp 280 miliar. Utang terbesar ELTY adalah utang pada Credit Suisse senilai Rp 1,5 triliun. Utang tersebut akan jatuh tempo pada 2015. Namun, pokok utang harus dicicil mulai tahun depan. Ke depan, ELTY akan lebih fokus di bisnis properti. Selama ini, Ambono bilang, perusahaan harus mensubsidi pada bisnis jalan tol. Padahal, dana tersebut bisa digunakan mengembangkan bisnis perumahan. Ambono menghitung, hasil dari transaksi ini bakal memperbaiki neraca keuangan mereka. Saat ini, rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity rasio (DER) ELTY sebesar 60%. Pasca menjual Bakrie Toll Road DER ELTY bisa berkurang menjadi 40%. Menurut dia, ini akan bagus sehingga ELTY akan lebih ekspansif di bisnis properti. "Terutama dalam pengembangan proyek kawasan hunian baik vertikal maupun mendatar," imbuh dia. Selain itu, kata Ambono, ELTY akan fokus pada proyek dengan marjin tinggi, seperti perumahan dan apartemen. ELTY juga akan mendivestasikan aset yang memiliki imbal hasil rendah.
Analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Bertoni Rio mengatakan, penjualan anak usaha ini merupakan langkah tepat. Penjualan itu akan mendatangkan dana segar bagi ELTY. Hanya saja, dana segar itu tidak akan mendatangkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan bagi Bakrieland. Sebab, dana itu akan digunakan untuk membayar utang. Sampai akhir tahun, Bertoni menargetkan harga saham ELTY akan melaju ke Rp 65 per saham. Selasa (11/12), saham ELTY ditutup menguat 1,85% menjadi Rp 55 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana