KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA. Travis Kalanick, co-founder dan mantan Chief Executive Officer Uber Technologies Inc. (Uber) berencana menjual 29% saham Uber yang dimilikinya. Hal tersebut diberitakan Bloomberg, Jumat (5/1), berdasarkan keterangan sejumlah pihak yang mengaku mengetahui rencana tersebut. Sang pembeli tak lain adalah Softbank Group Corp (Softbank) yang beberapa waktu lalu dikabarkan akan membeli saham tersebut. Softbank menggandeng sebuah konsorsium. Keduanya sepakat membeli saham Uber dengan harga valuasi 100% saham Uber senilai US$ 48 miliar. Kalanick sendiri saat ini memiliki 10% saham Uber. Itu artinya, atas rencana penjualan 29% dari porsi saham Uber yang dimilikinya, Kalanick bakal mendapat uang tunai sekitar US$ 1,4 miliar. Kesepakatan tersebut diperkirakan akan tuntas pada akhir Januari 2018. Kalanick sendiri telah didepak dari Uber, setelah perusahaan yang didirikannya berlarut-larut menghadapi persoalan hukum dan menghadapi proses penyelidikan otoritas atas bisnis yang dijalankannya. Kalanick juga memiliki hubungan tidak harmonis, dengan salah satu pemegang saham Uber, yang belakangan juga telah menjual sahamnya.
Jual saham, pendiri Uber raup US$ 1,4 miliar
KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA. Travis Kalanick, co-founder dan mantan Chief Executive Officer Uber Technologies Inc. (Uber) berencana menjual 29% saham Uber yang dimilikinya. Hal tersebut diberitakan Bloomberg, Jumat (5/1), berdasarkan keterangan sejumlah pihak yang mengaku mengetahui rencana tersebut. Sang pembeli tak lain adalah Softbank Group Corp (Softbank) yang beberapa waktu lalu dikabarkan akan membeli saham tersebut. Softbank menggandeng sebuah konsorsium. Keduanya sepakat membeli saham Uber dengan harga valuasi 100% saham Uber senilai US$ 48 miliar. Kalanick sendiri saat ini memiliki 10% saham Uber. Itu artinya, atas rencana penjualan 29% dari porsi saham Uber yang dimilikinya, Kalanick bakal mendapat uang tunai sekitar US$ 1,4 miliar. Kesepakatan tersebut diperkirakan akan tuntas pada akhir Januari 2018. Kalanick sendiri telah didepak dari Uber, setelah perusahaan yang didirikannya berlarut-larut menghadapi persoalan hukum dan menghadapi proses penyelidikan otoritas atas bisnis yang dijalankannya. Kalanick juga memiliki hubungan tidak harmonis, dengan salah satu pemegang saham Uber, yang belakangan juga telah menjual sahamnya.