KONTAN.CO.ID - TOKYO. Raksasa investasi asal Jepang, SoftBank Group Corp, menjual seluruh kepemilikan sahamnya di perusahaan chip Amerika Serikat Nvidia Corp. Dari transaksi tersebut, Softbank berhasil mengantongi dana sekitar US$ 5,8 miliar. 

Langkah ini dilakukan menjelang serangkaian investasi besar yang akan digencarkan oleh pendirinya, Masayoshi Son, untuk memperluas pengaruh SoftBank di bidang akal imitasi buatan (AI).

Sebelumnya, SoftBank sempat meningkatkan kepemilikan sahamnya di Nvidia hingga sekitar US$ 3 miliar pada akhir Maret lalu. Kenaikan nilai saham Nvidia dan keuntungan dari unit investasinya, Vision Fund, membantu SoftBank mencatat laba bersih sebesar ¥ 2,5 triliun sekitar US$ 16,2 miliar pada kuartal kedua tahun fiskal, jauh di atas perkiraan analis yang rata-rata hanya sekitar ¥ 418 miliar.

HUT KONTAN ke-29, Langganan Business Insight Hanya Rp 76.000 Setahun

Baca Juga: Skema Ponzi China Terbongkar di Inggris, 61.000 Bitcoin Disita Polisi London

Sebagai tambahan, SoftBank mengumumkan stock split 4 banding 1 yang akan dilakukan mulai 1 Januari.

Kini, anak perusahaan SoftBank memiliki portofolio investasi yang berisi beberapa nama besar di dunia teknologi dan AI, termasuk OpenAI dan Oracle Corp. Kepemilikan ini mendorong kenaikan harga saham SoftBank sebesar 78% dalam tiga bulan terakhir hingga September, menjadi kinerja terbaik perusahaan sejak akhir 2005.

Analis Citigroup, Keiichi Yoneshima menyebut peningkatan hasil investasi SoftBank mendorongnya untuk menaikkan target harga saham perusahaan menjadi ¥ 27.100, dengan perhitungan yang memperhitungkan valuasi OpenAI di masa depan, yakni antara US$ 500 miliar hingga US$ 1 triliun.

Masayoshi Son, yang kini berusia 68 tahun, tengah fokus besar pada investasi di bidang AI dan chip, meski mengurangi investasi di sektor lain. Ia diketahui tengah menyiapkan sejumlah proyek ambisius, seperti pembangunan pusat data Stargate, serta rencana investasi hingga US$ 30 miliar di OpenAI.

Selain itu, Son juga dikabarkan tengah berdiskusi dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC) dan beberapa mitra lain untuk berpartisipasi dalam proyek pusat manufaktur AI senilai US$ 1 triliun di Arizona. SoftBank bahkan sempat mempertimbangkan untuk mengakuisisi perusahaan chip asal AS, Marvell Technology Inc., awal tahun ini.

Namun, di balik langkah ekspansif tersebut, SoftBank menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan pendanaan untuk berbagai investasi baru, termasuk US$ 20 miliar untuk OpenAI dan US$ 6,5 miliar untuk akuisisi perusahaan chip Ampere Computing LLC.

Baca Juga: Thailand Hapus Tarif Jagung AS dan Akan Impor 1 Juta Ton

Beberapa pihak juga menyoroti tingginya valuasi perusahaan AI dan besarnya belanja modal yang dibutuhkan, serta belum jelasnya siapa yang akan paling diuntungkan dari pembangunan infrastruktur AI berskala besar ini.

Menurut catatan Finimize Research yang dipublikasikan di Smartkarma, saham SoftBank selama ini dianggap cara murah untuk mendapatkan eksposur ke saham Arm dan sektor AI yang sedang naik daun. Namun, setelah harga sahamnya melonjak lebih dari dua kali lipat, analis menyebut kini valuasi SoftBank sudah tidak lagi murah.

“Berdasarkan kondisi saat ini, mungkin ini waktu yang tepat bagi investor untuk menjual dan merealisasikan keuntungan,” tulis laporan tersebut.

Selanjutnya: Kamar Anak IKEA: Dari Meja Belajar ke Ruang Imajinasi

Menarik Dibaca: 5 Rahasia Berhasil Pensiun Dini Ala Robert Kiyosaki, Bukan Soal Uang Tapi Pola Pikir