Jualan semen tumbuh, tapi kurang berotot



JAKARTA. Permintaan semen nasional di semester satu tahun tumbuh 3,9% dari periode yang sama tahun lalu. Mengacu data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen Januari - Juni 2014 tercatat 28,94 juta ton atau naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 27,8 juta ton. Walaupun tumbuh, namun Widodo Santoso, Ketua ASI bilang, pertumbuhan penjualan itu lebih kecil dari target ASI. "Sebelumnya kami target penjualan semester satu bisa tumbuh 5%-6%," ujar Widodo, Kamis (10/7).Pelemahan pertumbuhan penjualan semen semester satu terjadi karena penurunan penjualan semen di beberapa wilayah. Seperti penjualan semen di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang turun 0,9% menjadi 1,61 juta ton. Penurunan penjualan semen juga terjadi di wilayah Indonesia Timur dengan penurunan 1,9% menjadi 632.550 ton di waktu yang sama. "Penjualan semen di Indonesia Timur belum menggembirakan, justru turun," kata Widodo.Namun begitu, penjualan semen di wilayah lainnya masih mencatat kenaikan. Tengok saja penjualan semen di Sumatera yang naik 1,4% menjadi 6,06 juta ton. Menyusul Jawa dengan kenaikan 5,6% menjadi 16,33 juta ton.Begitu pula dengan penjualan semen di Kalimantan yang naik 2,8% menjadi 2,21 juta ton. Sedangkan di Sulawesi penjualan semen semester satu tahun ini naik 5,7% menjadi 2,10 juta ton.Erwin Aksa, Chief Executive Officer Bosowa Group selaku pemilik Semen Bosowa mengakui penurunan pertumbuhan pasar semen semester satu 2014 itu. "Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya" kata Erwin.Pertama, banyak proyek infrastruktur tertunda karena menunggu hasil pemilihan presiden. Kedua, ada perlambatan proyek properti karena kebijakan loan to value atau uang muka minimal kredit rumah yang diberlakukan Bank Indonesia (BI). "Kebijakan (BI) ini ikut mengurangi pasar semen," ujar Erwin.Erwin juga mengakui, pelemahan pertumbuhan pasar semen juga menggerus semen Bosowa. Sayangnya Erwin tak mau menyebutkan angka penurunan pertumbuhan itu. Ia hanya bilang, tahun ini perseroan menargetkan penjualan sebanyak 3,5 juta ton. "Biasanya semester pertama terealisasi 45% sisanya di semester kedua," terang Erwin.Untuk semester kedua tahun ini, Widodo memproyeksikan kenaikan permintaan semen 6%-8% dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan penjualan semester kedua terjadi karena pemerintahan baru janji akan menggeber proyek infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yudho Winarto