Juli, Bukopin bersihkan kredit macet Rp 300 M



JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk mengumumkan tingkat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross perseroan pada akhir 2016 mencapai 3,77%, naik dari tahun sebelumnya level 2,83%. NPL net juga naik dari 2,13% menjadi 2,79%.

Direktur Utama Bank Bukopin, Glen Glenardi menyebut, segmen ritel masih menjadi penyumbang NPL sebesar 3,91%, lebih tinggi dibanding tahun 2015 sekitar 3,31%.

Dari tiga sektor ritel, usaha kecil menengah (UKM) memiliki NPL tertinggi mencapai 4,83% atau naik dari tahun 2015 di posisi 3,77%. Diikuti, NPL sektor konsumer yang mencapai 3,53% atau naik dari tahun sebelumnya 3,47%. Sementara, sektor mikro masih cukup terjaga dengan NPL di level 1,73% atau turun dibanding tahun 2015 sebesar 1,81%.


Adapun dari segmen komersial, NPL bank berkode emiten saham BBKP ini naik signifikan dari 2,08% menjadi 3,54% per akhir Desember 2016.

Glen mengatakan, tahun ini, pihaknya optimis dapat menjaga NPL di level 3% pada semester I-2017. "NPL kita dominan di perdagangan, kedua di konstruksi, tapi kita target selesai di Mei dan Juni 2017 paling tidak," katanya.

Direktur Ritel Bank Bukopin, Heri Purwanto menambahkan, tahun lalu, pihaknya telah mengalokasikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) cukup besar mencapai Rp 1,50 triliun atau naik dibanding tahun 2015 sebesar Rp 1,18 triliun.

Hingga akhir 2016, nilai NPL perseroan tercatat mencapai Rp 649 miliar atau naik dibanding tahun sebelumnya Rp 361 miliar. "Juli ini kurang lebih selesai Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar kredit bermasalah, sementara sisanya di restrukturisasi atau dijual," papar Glen.

Hinga akhir tahun ini, bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Bosowa Corporindo ini yakin rasio kredit bermasalah mampu ditekan hingga di bawah 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini