Juli, penjualan mobil turun terdalam



JAKARTA. Penjualan mobil secara nasional secara bulanan atawa month on month pada Juli 2014 turun 17,34% dibandingkan dengan Juni 2014. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo penjualan mobil Juli mencapai 91.393 unit atau terendah dalam 11 bulan terakhir.

Penjualan terendah tercatat pada Agustus 2013 sebanyak 77.964 unit. Meskipun demikian, penjualan Januari-Juli 2014 sebanyak 733.736 unit masih naik 2,7% dibandingkan periode yang sama 2013.

Jongkie D. Sugiharto, Ketua I Gaikindo menyebut hari kerja yang pendek alias banyak libur di bulan Juli yang jadi biang kerok hasil penjualan mobil tak menggairahkan.


Pendapat serupa meluncur dari mulut Jonfis Fandy, Marketing and Aftersales Service Director PT Honda Prospect Motor. "Namun, dibanding bulan sebelumnya tidak sampai turun 50% dan prediksi saya Agustus akan naik kembali sesuai pulihnya hari kerja," kata Jonfis kepada KONTAN, Selasa (20/8).

Menurut pemantauan Gaikindo, Honda Prospect mencatatkan penjualan mobil 12.984 unit mobil. Capaian ini melorot 24,58% dibandingkan penjualan Juni sebanyak 17.215 unit mobil.

Nasib penurunan penjualan juga menimpa PT Krama Yudha Tiga Berlian Motor, distributor merek Mitsubishi. Pada Juli, Mitsubishi cuma laku 9.443 unit mobil. Padahal pada Juni masih terserap pasar hingga 11.398 unit mobil. 

Menurut Duljatmono, General Manager Operasional Krama Yudha Berlian Motor, yang membikin penjualan mobil lesu tak cuma faktor hari kerja yang pendek. Melainkan, ada pula efek dari pemilihan umum (pemilu). Lantaran penyelenggaraan pemilu telah berlalu, Duljatmono menaruh prediksi sekaligus harapan yang sama dengan Jonfis, bahwa penjualan mobil akan kembali bergairah pada Agustus nanti.

Diskon dan program angsuran

Jika kembali mengintip data penjualan yang dikeluarkan Gaikindo per Juli 2014, mayoritas penjualan mobil di luar penjualan mobil taksi, dari berbagai merek memang minus. Dari 41 merek mobil, 31 merek mobil mencatatkan penurunan penjualan. Sisanya, penjualan empat merek mobil tercatat stagnan. Empat merek mobil ini Audi, Peugeot, Landrover dan Jaguar.

Lalu, hanya enam merek mobil yang masih mencetak pertumbuhan penjualan pada Juli dibandingkan Juni. Keenam merek mobil tersebut, pertama, Daihatsu yang terjual 16.141 unit mobil pada Juli. Sementara penjualan Juni tercatat 15.921 unit mobil.

Kedua, Nissan tercatat laku 2.519 unit mobil. Naik dari penjualan Juni sebanyak 2.231 unit mobil. Ketiga, VW Commercial yang terjual delapan unit pada Juli. Penjualan Juli ini sejatinya hanya  bertambah satu unit mobil dibandingkan penjualan Juni.

Lantas, keempat, Geely dengan penjualan 17 unit mobil. Penjualan pada Juli ini terpaut dua unit mobil saja dari penjualan Juni. Kelima, Smart dengan penjualan tiga unit mobil, atau bertambah dua unit dari penjualan bulan Juni.

Terakhir, keenam, Tata yang terjual 104 unit. Capaian penjualan Juli tersebut tumbuh 18,18% dari Juni 2014.

Ditanya soal kemampuan mencetak pertumbuhan penjualan, Budi Nur Mukmin, General Marketing Strategy and Communication Division PT Nissan Motor Indonesia, mengakui perusahaannya pasang jurus marketing. 

Budi mengatakan, "Kami ada delivery yang lebih  jelang Lebaran. Lalu ada diskon jelang Lebaran." Selain itu, rupanya tenaga kerja yang membantu memproduksi Datsun, salah satu varian merek keluaran Nissan, sudah mulai kembali beroperasi.

Pemain lain, PT Astra Daihatsu Motor, juga menggeber sejumlah strategi pemasaran. Rudy Ardiman, Head Corporate Planning Division Astra Daihatsu Motor menyebutkan perusahaannya menerapkan tiga strategi.

Pertama, menambah outlet. Kedua, menambah jumlah tenaga kerja penjual. Ketiga, "Daihatsu punya program angsuran bersahabat. Dimana angsurannya menarik karena dengan program beli Daihatsu ini, pembeli bisa dapat hadiah dari Daihatsu," aku Rudy kepada KONTAN.

Hanya saja, meski masih berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan, bukan berarti tak ada tantangan yang diprediksi bakal menghadang penjualan bulan Agustus. Budi hanya berani menargetkan penjualan pada Agustus minimal sama dengan capaian bulan Juli. "Masalahnya, setelah Lebaran akan lebih berat karena kebanyakan uang konsumen sudah dikeluarkan sebelum dan saat Lebaran," terang Budi Nur Mukmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina