Berbekal kemauan dan kegigihan usaha, Jully Tjindrawan berhasil mewujudkan mimpinya mendirikan Rumah Robot di bawah bendera PT Robotic Explorer Word. Padahal, ia tak sengaja menekuni bisnis ini. Akibat kesalahan pengiriman pesanan, Jully yang semula berbisnis tekstil akhirnya mendalami dunia sains dan robot.Jully Tjindrawan tidak pernah menyangka bakal menggeluti dunia sains dan robot. Perempuan kelahiran 10 September 1971 yang mendirikan Rumah Robot di pusat perbelanjaan Thamrin City ini mengaku tak sengaja menekuni bisnis sekolah robot.Cerita bermula di 2005, ketika ibu tiga anak ini memesan produk tekstil yang memang menjadi ladang bisnisnya saat itu. Namun, "Yang datang justru produk robot," ujar Jully.Lantas, Jully yang juga mengelola bisnis kursus Bahasa Inggris mencoba memanfaatkan produk salah kirim tersebut sebagai bahan tambahan pengajaran bagi siswa kursusnya. Sebab, ia sama sekali tak melihat prospek dan potensi bisnis di bidang perakitan robot. "Waktu itu, saya hanya ingin memperkenalkan sains dan robot kepada anak-anak saja," tuturnya.Itulah titik awal Jully mulai berkecimpung dengan robot. Kemudian, ia pun berinisiatif untuk mengenalkan materi tentang robot ke pelbagai sekolah. Jully berharap, para siswa tertarik dan terpacu untuk belajar di bidang yang masih tergolong awam di Indonesia ini.Jully pun mulai menggantungkan mimpi soal robot. Ia memiliki harapan, materi soal robot bisa menjadi ekstrakulikuler, syukur-syukur menjadi kurikulum reguler di sekolah.Ia menjelaskan, bidang ilmu robot atau robotika bisa dipelajari oleh anak-anak dari usia tiga tahun hingga orang dewasa. "Materi pembelajaran mengenai robot memang disesuaikan dengan tingkatan umur. Namun, bukan berarti pembatasan dalam sisi usia, karena kami mempunyai modul pembelajaran yang lengkap," tegasnya.Pasalnya, Jully bilang, metodologi dalam pembelajaran robotika umumnya 60% praktek dan 40% teori, dengan menggabungkan prinsip dasar elektronik, mesin, dan komputer. Wanita yang awalnya menganggap perkenalannya dengan perangkat robotika adalah sebuah musibah ini makin tertarik mendalami dunia robotika. Kian hari, ia mulai serius mengembangkan dan memperkenalkan robot ke seluruh sekolah di seluruh Indonesia. Kini, tak kurang dari 80 sekolah dari tingkat TamanKanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) telah menjadi pasarnya. Selain itu, Jully juga bekerjasama dengan beberapa universitas terkemuka, seperti Universitas Gajah Mada dan Universitas Bina Nusantara demi pengembangan dunia robotika.Bahkan, ia juga tak segan untuk merogoh koceknya untuk membentuk tim robot. Tim ini secara berkala melakukan pengembangan dan penyempurnaan materi perakitan robot. Menurut Jully, salah satu yang sudah dipetiknya dari bisnis di bidang ini adalah, pendirian Rumah Robot. Ia mengklaim Rumah Robot-nya sebagai yang pertama di dunia. Bersama Rumah Robot itu pula, ia berencana untuk menggerakkan robot setinggi 1,9 meter dalam waktu dekat ini.Kini, di Rumah Robot, masih bercokol robot buatan asing yang menjadi sampel dan rujukan bagi anak bangsa untuk mengeksplorasi perakitan robot. Dari usaha ini, Jully berharap mengantongi omzet rata-rata Rp 50 juta tiap bulannya. Ia mamatok tarif kursus sekitar Rp 300.000 per bulan dengan pemberian materi seminggu sekali selama dua jam. Jully memprediksi, dalam tiga tahun mendatang, bisnis robot akan berkembang ke arah industri yang menjanjikan. Bahkan, "Bukan tak mungkin, kelak dari Rumah Robot ini, kita bisa mengekspor robot ke luar negeri," harap Jully.Jully menyatakan, keberhasilannya ini seperti sebuah mimpi. Maklum, latar belakang pendidikannya berasal dari bidang pemasaran dan keuangan. "Saya bukan ahli di bidang robotika, tapi saya memiliki kemauan untuk belajar dan berusaha," tandas perempuan jebolan universitas di Amerika Serikat ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Jully sukses memetik buah manis dari ketidaksengajaan
Berbekal kemauan dan kegigihan usaha, Jully Tjindrawan berhasil mewujudkan mimpinya mendirikan Rumah Robot di bawah bendera PT Robotic Explorer Word. Padahal, ia tak sengaja menekuni bisnis ini. Akibat kesalahan pengiriman pesanan, Jully yang semula berbisnis tekstil akhirnya mendalami dunia sains dan robot.Jully Tjindrawan tidak pernah menyangka bakal menggeluti dunia sains dan robot. Perempuan kelahiran 10 September 1971 yang mendirikan Rumah Robot di pusat perbelanjaan Thamrin City ini mengaku tak sengaja menekuni bisnis sekolah robot.Cerita bermula di 2005, ketika ibu tiga anak ini memesan produk tekstil yang memang menjadi ladang bisnisnya saat itu. Namun, "Yang datang justru produk robot," ujar Jully.Lantas, Jully yang juga mengelola bisnis kursus Bahasa Inggris mencoba memanfaatkan produk salah kirim tersebut sebagai bahan tambahan pengajaran bagi siswa kursusnya. Sebab, ia sama sekali tak melihat prospek dan potensi bisnis di bidang perakitan robot. "Waktu itu, saya hanya ingin memperkenalkan sains dan robot kepada anak-anak saja," tuturnya.Itulah titik awal Jully mulai berkecimpung dengan robot. Kemudian, ia pun berinisiatif untuk mengenalkan materi tentang robot ke pelbagai sekolah. Jully berharap, para siswa tertarik dan terpacu untuk belajar di bidang yang masih tergolong awam di Indonesia ini.Jully pun mulai menggantungkan mimpi soal robot. Ia memiliki harapan, materi soal robot bisa menjadi ekstrakulikuler, syukur-syukur menjadi kurikulum reguler di sekolah.Ia menjelaskan, bidang ilmu robot atau robotika bisa dipelajari oleh anak-anak dari usia tiga tahun hingga orang dewasa. "Materi pembelajaran mengenai robot memang disesuaikan dengan tingkatan umur. Namun, bukan berarti pembatasan dalam sisi usia, karena kami mempunyai modul pembelajaran yang lengkap," tegasnya.Pasalnya, Jully bilang, metodologi dalam pembelajaran robotika umumnya 60% praktek dan 40% teori, dengan menggabungkan prinsip dasar elektronik, mesin, dan komputer. Wanita yang awalnya menganggap perkenalannya dengan perangkat robotika adalah sebuah musibah ini makin tertarik mendalami dunia robotika. Kian hari, ia mulai serius mengembangkan dan memperkenalkan robot ke seluruh sekolah di seluruh Indonesia. Kini, tak kurang dari 80 sekolah dari tingkat TamanKanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) telah menjadi pasarnya. Selain itu, Jully juga bekerjasama dengan beberapa universitas terkemuka, seperti Universitas Gajah Mada dan Universitas Bina Nusantara demi pengembangan dunia robotika.Bahkan, ia juga tak segan untuk merogoh koceknya untuk membentuk tim robot. Tim ini secara berkala melakukan pengembangan dan penyempurnaan materi perakitan robot. Menurut Jully, salah satu yang sudah dipetiknya dari bisnis di bidang ini adalah, pendirian Rumah Robot. Ia mengklaim Rumah Robot-nya sebagai yang pertama di dunia. Bersama Rumah Robot itu pula, ia berencana untuk menggerakkan robot setinggi 1,9 meter dalam waktu dekat ini.Kini, di Rumah Robot, masih bercokol robot buatan asing yang menjadi sampel dan rujukan bagi anak bangsa untuk mengeksplorasi perakitan robot. Dari usaha ini, Jully berharap mengantongi omzet rata-rata Rp 50 juta tiap bulannya. Ia mamatok tarif kursus sekitar Rp 300.000 per bulan dengan pemberian materi seminggu sekali selama dua jam. Jully memprediksi, dalam tiga tahun mendatang, bisnis robot akan berkembang ke arah industri yang menjanjikan. Bahkan, "Bukan tak mungkin, kelak dari Rumah Robot ini, kita bisa mengekspor robot ke luar negeri," harap Jully.Jully menyatakan, keberhasilannya ini seperti sebuah mimpi. Maklum, latar belakang pendidikannya berasal dari bidang pemasaran dan keuangan. "Saya bukan ahli di bidang robotika, tapi saya memiliki kemauan untuk belajar dan berusaha," tandas perempuan jebolan universitas di Amerika Serikat ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News