Jumlah investor baru pasar modal melonjak, edukasi jadi krusial



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seorang laki-laki berinisial A (27) tewas dengan cara melompat dari lantai 23 Apartemen Ambassador, Karet Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin (22/3) siang. Menurut Kapolsek Metro Setiabudi AKBP Yogen Heroes Baruno, korban diduga bunuh diri lantaran mengalami masalah keuangan karena bermain saham. Namun, polisi masih mendalami motif bunuh diri tersebut.

Kabar tersebut turut menggegerkan pasar modal dalam negeri. Kejadian ini menjadi salah satu kasus serius dari dampak penambahan investor baru yang belakangan ini kian melonjak. Tak sedikit investor baru yang terjun ke pasar modal mengalami kerugian setelah harga saham yang mereka beli ambles.

Para pendatang baru ini banyak yang membeli saham tanpa memikirkan analisa teknikal dan fundamental, serta cenderung beli saham lantaran ikut-ikutan. Pada awal tahun ini, berbagai keluhan nasabah dalam berinvestasi saham juga menjadi sorotan, sebab modal investasi nasabah ini menggunakan dana yang berasal dari utang.


Ada investor baru yang berutang lewat 10 aplikasi pinjaman online, meminjam uang arisan, hingga menggadaikan tanah dan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) mobil, dan tak terkecuali utang ke sekuritas.

Baca Juga: Dana asing diproyeksikan deras masuk ke Asia Pasifik termasuk Indonesia daripada AS

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan, BEI terus mengawasi dan memantau fenomena-fenomena tersebut. Dari mengingatkan influencer untuk tidak melakukan ajakan membeli saham yang kurang benar, hingga merangkul mereka untuk mengedukasi investor.

Hal ini bertujuan untuk memperluas literasi investasi pasar modal yang benar kepada masyarakat, terutama para pengikut media sosial influencer tersebut.

“Mereka mengajak investor baru untuk belajar dan membekali diri sebelum melakukan strategi investasinya. Yang jadi titik penting juga menyadarkan investor itu sendiri. Apapun ajakan di luar saja, sepanjang investor kita ini sudah cukup baik pemahamannya, tentu kita harapkan ada pertahanan secara personal agar tidak gampang terbujuk ajakan-ajakan,” kata Hasan dalam acara Business Talk Kompas TV dan KONTAN, bertajuk Incar Cuan Investasi Saham, Pahami Risikonya, Selasa (24/3).

Selain itu, BEI terus mengedepankan program edukasi dan literasi dalam bentuk sekalah pasar modal yang dilakukan dalam tiga kali dalam seminggu di kantor pusat serta di 30 kantor perwakilan yang ada di seluruh Indonesia.

BEI juga menyediakan kolom khusus edukasi digital di website resmi Bursa Efek Indonesia. Investor pemula dapat mengikuti perjalanan dan tahapan berinvestasi pasar modal, dari persiapan awal berupa pemahaman data hingga jadi investor yang mahir.

Tahun lalu saja, Hasan mencatat ada sekitar 9.000 edukasi yang dilakukan BEI bersama SRO lainnya, komunitas-komunitas pasar modal untuk investor baru tersebut. Tujuannya untuk memastikan kesiapan investor, khususnya investor baru yang mayoritas dari usia muda untuk menyiapkan bekal cukup sebelum terjun menjadi investor pasar modal.

Sebagai informasi, BEI memasang target pertumbuhan jumlah investor sebesar 25% pada tahun ini, baik untuk investor pasar modal secara keseluruhan maupun investor saham. Sampai 22 Maret 2021, tercatat pertumbuhannya investor sudah mencapai 27% jika dibandingkan dengan angka pada akhir tahun lalu.

Hasan menambahkan, berdasarkan hasil survei BEI mendapat konfirmasi bahwa peningkatan jumlah investor individu di pasar modal selama masa pandemi ini tak lepas dari motif ingin memperoleh capital gain. Berdasarkan survei tersebut mayoritas atau sebesar 43% ingin memperoleh keuntungan dari capital gain. Selanjutnya 20,8% ingin memperoleh penghasilan tambahan, dan 17,5% ingin mendapatkan dividen.

“Sebetulnya motif untuk mendapat cuan sah-sah saja, tapi edukasi harus kita kedepankan pemahaman yang cukup,” imbuh Hasan.

Pakar keuangan dan pasar modal Budi Frensidy mengatakan, edukasi harus tetap berlanjut terutama bagi investor milenial dengan modal yang terbatas. Selain mengejar untung, kata Budi, investor baru ini harus paham akan risiko kerugian dari investasi saham.

Meskipun secara analisis teknikal dan fundamental terbilang menarik, namun tak ada jaminan saham tersebut bisa mencetak keuntungan.

Budi menyarankan agar investor ritel pemula agar tidak sekadar ikut-ikut dalam investasi saham, terutama rekomendasi yang dilakukan oleh para pompom saham yang mengajak tanpa ada dasar yang jelas.

Pelaku pasar alangkah baiknya memakai modal investasi dari dana yang tidak akan terpakai dalam waktu dekat, dan tidak memakai dana hasil utang. Kemudian, investor juga bisa mencermati saham-saham perusahaanya yang bagus di harga yang tepat.

“Jangan juga kita menargetkan keuntungan yang tidak terhingga, jika portofolio sudah mencapai target bisa lakukan realisasi,” imbuh Budi.

Selanjutnya: BEI catat kenaikan jumlah investor sebesar 27% hingga Maret 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat