Jumlah IPO di Indonesia terbanyak se-ASEAN, tanda pasar modal masih prospektif?



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Per Juni 2020, Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan 28 emiten baru. Jumlah ini menjadikan bursa Indonesia sebagai bursa dengan aktivitas pencatatan umum perdana atau initial public offering (IPO) tertinggi di ASEAN.

Bandingkan dengan bursa negara-negara di ASEAN, yang kebanyakan hanya kedatangan satu hingga empat emiten anyar sepanjang paruh pertama 2020. Di bursa efek Myanmar misalnya (Yangon Stock Exchange), hanya ada satu emiten baru sepanjang enam bulan pertama 2020. Adalah Ever Flow River Group Public Co., Ltd. yang listing pada 28 Mei 2020, mengutip laman resmi ysx-mm.com.

Di Bursa Efek Filipina, hanya terdapat dua perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana sepanjang periode Januari-Juni 2020. Melansir website resmi The Philippine Stock Exchanges (Pse.com.ph), kedua perusahaan itu adalah Altus Property Ventures, Inc (kode saham APVI) yang listing pada 26 Juni 2020 dan  Century Properties Group, Inc (kode saham CPGP) yang listing pada 10 Januari 2020.


Baca Juga: Jumlah IPO di BEI terbanyak se-ASEAN sepanjang semester pertama 2020

Nah, jumlah perusahaan yang IPO tahun ini masih berpeluang bertambah. Sebab, BEI mengatakan masih terdapat 19 calon emiten yang masuk dalam pipeline IPO.

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, tingginya minat perusahaan yang masih dalam pipeline BEI untuk melakukan IPO, menandakan minat kalangan bisnis di Indonesia semakin tinggi untuk menggalang dana dari masyarakat melalui perantaraan bursa.

Melepaskan saham ke publik juga menjadi alternatif pilihan bagi perusahaan untuk menggalang dana. “Jalur ini merupakan alternatif untuk mendapatkan dana segar tanpa perlu membebani perusahaan dengan utang,” ujar Aria kepada Kontan.co.id, Minggu (19/7).

Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo menilai, banyaknya jumlah perusahaan yang melakukan IPO harus dilihat dari sudut pandang emiten. Jika memang kelangsungan usaha tidak terlalu terpengaruh pandemi, maka melantai di bursa merupakan sesuatu yang bisa dilakukan.

Hanya saja, misalkan ternyata proyeksi usaha menjadi tidak baik akibat Covid-19 namun tetap membutuhkan pendanaan, Nico mengatakan, surat utang mungkin menjadi jawabannya.

“Apakah si emiten tersebut memiliki dampak eksposure yang besar akibat virus corona atau tidak. Kalau ternyata eksposure tersebut tidak besar, tentu ekspansi masih bisa dilakukan,” ujar Nico, Minggu (19/7).

Ke depan, prospek makroekonomi juga turut mempengaruhi kondisi industri dan juga kinerja dari emiten. Dus, terkait jumlah pipeline yang masih cukup banyak, Nico menganjurkan investor agar memerhatikan going concern calon emiten tersebut. Prospek bisnis inilah yang kemudian bakal menentukan minat investor dalam membeli saham emiten anyar.

Menurut Nico, saat ini emiten yang bergerak di sektor perbankan, kesehatan, infrastruktur, dan consumer goods berpeluang menjadi emiten yang bertahan di tengah terjangan pagebluk Covid-19.

Baca Juga: IPO subholding, Ahok: Kita harap masyarakat bisa memiliki Pertamina

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat